Serie-A Italia
Saat
ini Sepak Bola menjadi alternative fashion atau trend di kalangan
Masyarakat dengan gaya bersosial ala remaja. Terbukti bahwa sering kita
jumpai remaja Ibu kota sering terlihat ber-jersey (pakaian sepakbola)
pada setiap event nonton bareng partai besar sampai-sampai di kalangan
pertokoan serta kampus pun terlihat beberapa orang berpakaian klub yang
ia cintai, tak terhindar dari syimbol kecintaan terhadap tim tersebut
60% obrolan yang dibicarakan anak muda saat ini tak jauh dari dunia
sepakbola, bagaimana si kulit bundar tidak lepas dari sorotan masyarakat
sedangkan sepak bola ikut andil besar dalam kebesaran suatu daerah yang
ia tempati, wujud fanatik pun tak bisa dihindari. Aktualisasi keberadaan potensi lokal di Indonesia dapat
terlihat dari busana, musik, seni, maupun kebudayaan lainnya
memberikan corak yang kuat sebagai suatu kekayaan akan sebuah keragaman
yang hidup berdampingan dalam mengapreasikan kecintanya terhadap sepak bola. Semarak
itu pun tercipta tidak hanya pada pria, sang wanita yang juga menyukai
dunia sepak bola pun tidak sungkan-sungkan memperlihatkan jersey
kebesaran klub yang ia sukai, sangat di buktikan antusias mereka ketika
sang jagoan yang ia bela merayakan kemenangan. Atas dasar apa para
wanita saat ini menyukai sepak bola, saya tidak bisa memberikan
kepastian terlalu jauh, bisa saja mereka suka dengan ketampanan para
pemain atau kehebatan pemain itu sendiri. Selebihnya, saya ingin
menjabarkan salah satu liga terbesar Dunia yaitu “Seri-A Italia”.
Sejarah
sepak bola Italia memiliki lebih dari satu abad kehidupan, sepak bola
adalah olah raga nasional Italia dan semangat mereka untuk olah raga ini
adalah jelas, baik dalam lapangan sepak bola agresif, maupun pada
platform dari lapangan sepak bola itu sendiri. Seri-a dalam bentuknya
seperti saat ini, dimulai sejak tahun 1929. Sebelumnya dari 1898-1929,
kompetisi tersebut di bagi kepada grup-grup menurut wilayah. Pada tahun
1927 tidak ada tim yang di berikan gelar juara setelah Torino di cabut
gelarnya oleh FIGC, Torino dinyatakan memenangi juara pada musim
1948-1949 setelah kecelakaan pesawat menjelang akhir musim yang
merenggut semua nyawa anggota tim.
Keberhasilan
menjadi juara di Liga Italia disebut Scudetto (Perisai Kecil) karena
sang juara akan mengenakan sebuah lambang kecil dengan bendera Italia di
seragamnya pada musim berikutnya. Liga seri-a mempunyai 18 tim
keseluruhan, dengan 4 juru kunci pada posisi bawah akan terdegradasi
pada akhir musim, sedangkan 4 klub teratas dapat mengikuti liga champion
dengan peringkat satu dan dua lolos otomatis ke fase group, posisi tiga
dan empat harus terlebih dahulu mengikuti babak kualifikasi untuk lolos
ke fase group. Klub yang paling berhasil merengkuh gelar juara adalah
Juventus dengan raupan 27 kali juara, di ikuti AC Milan dan
Internazionale Milan dengan raupan 18 gelar juara, dan pada posisi
keempat Genoa C.F.C dengan raupan 9 gelar juara.
Sepak
bola Italia memiliki sejumlah pemain yang melegenda (Meazza, Benetti,
Zoff, Baresi, Vialli, Baggio, Tardelli, Rossi, Altobelli, Maldini,
Massaro, dan banyak lainnya termasuk Totti, Del piero, Fillipo Inzaghi
yang masih berkiprah hingga saat ini). Pelatih sepak bola dengan
pengetahuan bagus (Shaci, Pozzo, Valcareggi, Friuli, Trapatoni, Lippi,
dan Cappelo). Oleh karena itu sepak bola tetap di kembangkan dan
mencapai puncaknya sebagai juara dunia. Bukan itu saja klub-klub Italia
merajai Eropa pada tahun 1990-95 dengan peserta final liga champions
yang selalu diikuti oleh AC Milan dan Juventus.
Orang
Italia yang mencetak gol terbanyak di Liga Champion adalah Inzaghi
dengan dua klub yang berbeda Juventus dan Milan memberikan torehanya
sebesar 70 gol. Selisih 1 gol dengan sang pangeran Bernabeu yang saat
ini membela Schakle 04 yakni Raul Gonzales.
Pencetak
gol terbanyak selama semusim di liga Italia adalah Ole Gunnar Nordahl
pria berkebangsaan swedia yang merupakan pemain Ac Milan pada tahun 1949
dengan 35 gol dalam semusim, keberhasilan tersebut ia raih dua musim
berturut-turut. Bagaimana dengan pencetak gol terbanyak seri-a ? ya,
jawabanya adalah Silvio Piola pria berkebangsaan negri Pizza ini lahir
pada tanggal 29 september 1913 dan meninggal pada tahun 4 oktober 1996.
Dengan 274 gol selama Karir sang maestro pernah membela lima klub yang
berbeda : Pro Vercelli, Lazio, Torino, Juventus dan Novara. Riwayat
seorang pencetak gol terbanyak yang masih berkiprah di seri-a hingga
saat ini adalah Francesco Totti yang menyumbangkan 211 gol hanya dengan
satu klub semasa karir nya yaitu serigala ibu kota As Roma.
Dalam timnas Italia sendiri riwayat pencetak gol terbanyak diraih oleh Gigi Riva dengan torehan 35 gol untuk ‘Gli Azzuri’ . penampilan terbanyak di pegang oleh Paolo Maldini sebanyak 126 laga dari tahun 1990-2002 sang ‘Il Capitano’ tidak
pernah merasakan gelar juara piala dunia maupun eropa, pencapain
terbaiknya hanya berhasil membawa Italia masuk finalis piala dunia 94
dan piala eropa 02 setelah itu Maldini mengumumkan pensiun dari Timnas
Italia pada usia 34 tahun. Ada lagi Pemain Italia tertua di raih oleh
penjaga mistar gawang juventus yaitu Dino Zoff.
Di
tahun 1996 ketika saya pertama kali melihat pertandingan antara AC
Milan melawan Juventus dalam siaran langsung liga Italia pada salah satu
televisi media suasta tanah air, kala mana punggawa besar seperti
Zidane, Conte, Baresi, Bergomi, Weah, Maldini, Albertini serta Alesandro
Del Piero masih terpampang bugar serta lincah dalam menggiring bola
dari sisi pinggir lapangan hingga tengah lapangan dengan dribel dan
sprint yang masih memadai. Sejak itu tertanam dalam benak saya bahwa
kebesaran sepak bola ranah Italia pada pertengahan era 80 hingga akhir
90 sangat terlihat memuncak, euporia dapat terasa pada para pendukung
atau yang biasa disebut “Ultras”(Garis Keras), mengkumandangkan
kebesaran kota serta klub yang ia cintai dari mulai Napoli, Bari, Parma,
Fiorentina, Venezia, Piacenza, Bologna, Brescia, Lazio, Roma, Juventus,
Ac Milan serta pula klub satu ibu kota yang terbentuk dengan nama
Internazionale Milan dengan stadion sama tetapi hanya berbeda nama “San Siro” diberikan untuk stadion Milan dan “Guiseppe Meazza” untuk
rekan se-Ibu kota yaitu Inter Milan. Rata-rata ultras di Italia itu
saling bersenggolan dalam masalah sejarah, derby maupun permasalahan
kelas antara borjuis dan proletar. Dengan derby – derby terpanas seperti
:
1. Palermo – Catania “Derby Cicillia”
2. Ac Milan – Intermilan “Derby Della Madonnina”
3. As Roma – Lazio “Derby Della Capitale”
4. Juventus – Torino “Derby Della Mole”
5. Genoa – Sampdoria “Derby Della Lanterna”
6. Fiorentina – Ac Siena “Derby Tuscan”
Berbicara
sepak bola rasanya hambar kalau kita tidak membicarakan soal supporter,
dalam peranan ini supporter memang ikut ber-andil besar ketika
pertandingan di stadion ataupun luar stadion.Citra ini begitu sangat
melekat sehingga tak jarang dari para supporter yang sering beradu
argumen, fisik serta idealogi. Berikut ini saya sertakan supporter atau
ultras yang berada di italia dengan sumber-sumber tertentu.
Di
sepak bola Italia ultras dikenal sebagai Tuhan di dalam stadion karena
merekalah yang berkuasa di stadion , ultras mempunyai tempat kusus dalam
menyaksikan pertandingan. Biasanya mereka bertempat di tribune, di
belakang garis gawang selain itu kekususan mereka adalah polisi tidak
diperkenankan berada di tribune yang mereka tempati. Seperti kita lihat
pada derby di Italia ultras sangat berpengaruh dalam pertempuran di
lapangan terhadap tim yang mereka dukung masing-masing. Mereka mempunyai
tradisi kususnya di Itali yaitu pertempuran (Fighting) yang syah antara
grup ultras yang bermusuhan. Walaupun dalam pertempuran atau
perkelahian mereka mempunyai kode etik, yaitu tidak di perkenan untuk
melapor pihak berwajib. Beringas seperti hewan buas yang lapar ketika
melihat sang mangsa dihadapanya contoh itu lah yang dipertunjukan kala
mana kedua belah pihak tumpah di jalanan ataupun bar yang mereka
kunjungi.
Tragedy
Heysel pada tahun 1986 di Belgia yang melibatkan dua kelompok suporter
dari Juventus dan Liverpool baku hantam, menyebabkan puluhan suporter
dari Juventus meninggal dunia pada final Piala Champion. Tragedy yang
masih menyimpan kenangan pahit bagi kedua kubu baik Juve maupun
Liverpool. Pemaian Korea Selatan yang bermain bagi Perugia Ahn-jung hwan
pun harus mengalami pil pait akibatnya ia dipecat dari klub lantaran
mencetak gol penentu yang menyingkirkan Italia dari putaran final piala
dunia 2002, hal ini sempat mendapat trending topic di Italia pada tahun
itu. Liga seri-a ketika era 88 – 02 adalah perkumpulan pemain terbaik,
ketika itu klub-klub Italia mendapat persaingan ketat dari klub negri “el Matador” dalam ajang bergengsi tahunan Piala Champion yang kemudian berganti nama menjadi Liga Champion.
Apabila
grup tifosi lain yang memiliki bendera ultras musuhnya maka berarti
bahwa grup tifosi ultras tersebut berhasil menaklukan atau mempermalukan
musuhnya tersebut tetapi ada syaratnya, bendera tersebut bukan dicuri
atau di ambil tanpa sepengetahuan lawan melainkan harus dari “Open fight”. Pelanggaran hal tersebut pernah di alami oleh ultras Ac Milan berjulukan “Fossa Dei Leoni” ketika memperoleh bendera ultras Juventus bukan karena “Open fight”
melainkan menemukan bendera di jalan, ultras Juve tidak terima dengan
hal tersebut sehingga mencegah tifosi Milan di Eidhoven Belanda setelah
partai liga champion antara PSV – Ac Milan pada tahun 2003 dan
mendapatkan bendera ultras Milan secara “Open fight”. Setelah
timbul masalah baru antara ultras-ultras Milan dimana saat itu ultras
Milan FDL (Fossa Dei Leoni) melanggar kode etik dengan menduduki tribune
Nord merupakan tribune langgaran bagi ultras Milan karena punya Inter
Milan. Akibat kurang setujunya FDL terhadap kebijakan Brigate Rossoneri
yang merupakan ultras tertua Milan ini menandakan bahwa permasalahan
kelas antara Borjuis (Inter) dan Proletar (Milan) sangat kental terjadi
di permasalahan tersebut, akhirnya pada tahun 2005 semua ultras Milan
dibubarkan bersama FDL dan Brigate Rossoneri kemudian dibentuk
Guerriere ultras. Berikut adalah contoh ultras di Italia :
1. Brigate Rosseneri (BRN) Milan, AC Milan
2. Fossa Dei Leoni (FDL), AC Milan
3. Guerriere ultras, AC Milan (Gabungan BRN-FDL, Ultras Milan hanya orang Italia)
4. Commandos Tigre, AC Milan (Ultras Milan secara Universal)
5. Gruthi ultras, Juventus
6. Bois San ultras, Inter Milan
7. Tifoseria Laziale, Lazio
8. The Commando ultras curva, As Roma
9. Yellow-blue brigate Verona, Verona
10. Viola club Viesseux, Foirentina
11. Naples ultras, Napoli
12. Griffin’s den genoa, Genoa
13. Granata ultras torino, Torino
14. Black and Blue brigate atalanta, Atlanta
15. Ernesto Cucchiaroni Sampd, Sampdoria
16. Ultras dei boys parma, Parma Ac.
Hampir
semua stadion di Italia sudah tidak layak prosedur anggap saja tua
karena penghasilan yang ia dapati dari nilai jual penonton serta sponsor
tidak cukup memadai untuk perkembangan infrastruktur perbaikan di luar
atau dalam arena stadion tersebut. Stadion di italia rata-rata dimiliki
bersama oleh dua klub contoh ; Milan – Inter, Juventus – Torino, Roma –
Lazio, Fiorentina – Siena, semakin canggih dan semakin kuatnya antusias
para masyarakat luas kepada sepak bola Italia mengharuskan FIGC
(Federazione Italiana Giuoco Calcio). Memperbaruhi Infrastruktur
persepakbola-an Italia beserta stadion, alhasil Juventus mendirikan
stadion terbaru dengan kapasitas kurang lebih 40ribu. Fakta tersebut
dikarenakan stadion Olimpia satu-satunya di italia yang tidak
menggunakan pembatas antara penonton terhadap lapangan agar atmosfer
pertandingan lebih terasa kuat (seperti kebanyakan stadion yang berada
di Inggris) “Olimpia stadio”. Italia adalah kota penuh gaya
bangunan romawi dengan sentuhan arsitek yang tinggi akan seni, Berikut
ini beberapa nama stadion terbesar dan kapasitas stadion italia :
1. Stadion San Siro (Giuseppe Meazza) kapasitas 82.955
2. Stadion Olimpiade Roma kapasitas 82.300
3. Delle Alpie Torino kapasitas 67.229
4. Stadion San Nicola Bari kapasitas 58.248
5. Artemio Franchi Fiorentina kapasitas 47.282
6. Stadion Friuli Udinese kapasitas 41.652
7. Juventus Arena Juventus kapasitas 41.000
Berbicara
soal wasit Italia, wasit Italia terlihat keras dan tegas dalam
mendampingi laga di lapangan, berikut wasit Italia yang mungkin masih
anda ketahui dengan gaya nya yang plontos dan ketegasanya di lapangan
hijau, ialah Peierluigi Colina adalah wasit seri-a dan lahir di
Bologna, Italia, 13 Februari 1960, umur 51.
Pada
tahun 1984 ia lulus dalam bidang ilmu ekonomi di universita Bologna, ia
pernah bermain sepak bola setelah akhirnya berganti profesi menjadi
wasit, saat itu ia bermain sebagai bek tengah untuk sebuah tim local,
dan ketika pada tahun 1977 Colina mendapatkan tawaran menjadi wasit
disamping itu ia merasa bahwa dirinya berbakat untuk melakukan pekerjaan
tersebut. Dalam kurung waktu 3 tahun ia berhasil mencapai jenjang
tertinggi di bidang regional. Pada tahun 1988 ia berkembang secar pesat,
bahwa lebih pesat dari pada seorang wasit, sehingga ia dipromosikan
sampai divisi nasional tingkat tiga, seri C1 dan seri C2.
Setelah
tiga musim ia dipromosikan untuk memimpin pertandingan seri-b dan
seri-a. kurang lebih pada saat ini ia secara parah mendapatkan penyakit “alopecia” sehingga semua rambut dan bulu di kepalanya rontok sehingga memberinya wajah yang khas dan nama julukan “Kojak”.
Pada tahun 1995, setelah ia mewasiti 43 pertandingan seri-a, namanya
ditaruh sebagai wasit FIFA. Pada Olimpiade 1996, ia memimpin lima
pertandingan, termasuk pertandingan final antara Nigeria dan Argentina.
Dan pada tahun 1999 ia memimpin pertandingan final UEFA Champion League
antara Bayer Munchen dan Manchester United. Di tahun 2002, ia mencapai
puncak karirnya dengan memimpin partai final Piala Dunia antara Brasil
dan Jerman. Ia juga merupakan wasit pada pertandingan final Piala UEFA
pada tahun 2004 antara Valencia dan Olympique Marseille.
Pernah
terjadi pada tahun 2003, Paus Johanes Paulus II di Vatikan meminta agar
wasit liga Italia bertindak adil di lapangan. Pesan Pemimpin Tertinggi
Katolik ini disampaikan saat delegasi wasit Liga Italia seri-a dan
seri-b datang ke Vatikan. Dalam pertemuan hampir satu jam itu para wasit
diingatkan agar banyak berbuat kebajikan melalui kiprahnya di lapangan
hijau. Menurut Paus, olah raga harus menjunjung keadilan dan kejujuran.
Di anatar wasit yang hadir dalam pertemuan itu adalah wasit
internasional berkepala plontos Peierlugi ColinaTahun 2004 adalah tahun
terakhirnya sebagai wasit turnamen Internasional karena usianya telah
mencapai 45 tahun. Ia pensiun pada tahun Agustus 2005.
Liga
Italia sempat menghilang dari layar kaca Indonesia dikarenakan hak siar
yang begitu tinggi mengakibatkan pihak RCTI mengalihkan siaran sepak
bola Italia kepada Bundes Liga Jerman yang kebetulan pada saat itu
menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006. Kemerosotan ini pun sangat
dirasakan oleh para pecinta liga Italia (seri-a) yang ada di Indonesia.
Pada akhirnya setelah melalui proses yang cukup panjang seri-a Italia
bisa disiarkan kembali oleh SCTV dan sekali lagi mengalami proses hak
penyiaran, setelah menanti lama seri-a pun berkumandang lagi tetapi
berbeda dengaan hak siar sebelumnya yang saat ini hak siar liga seri-a
Italia di tayangkan oleh INDOSIAR.
Fakta – fakta lainnya dari Liga Seri A Italia antara lain :
Bursa transfer (kontroversi) :
1. Perpindahan R.Baggio dari Juventus menuju kota mode Milan mengundang berjuta kontroversi, beribu seporter menghujat sang “kuncir kuda” julukan bagi Baggio, yang memiliki nomor punggung 10 kala masih membela juventus.
2. Perindahan “il Phenomena” Ronaldo dari Intermilan menuju Real Madrid mendapatkan hujatan dari seporter interisti.
3. Melangkah
sedikit tak jauh dari era 90, Ibrahimovic yang di boyong Juventus dari
Ajax Amsterdam pada musim panas 2004 hanya bertahan dua musim di kota
Turin lantaran Juventus harus turun kasta menuju seri-B. saat itu Juve
terjerat kasus calciopoli, dan ibra hengkang ke seteru Juventus yaitu
Intermilan. Beribu hujatan dari ultras juventini pun ikut memanaskan
tensi ke dua klub yang ternyata Intermilan tersandung kasus serupa.
4. Fabio Cannavaro dari Juventus menuju luar Italia, di boyong oleh Real Madrid dengan bandrol yang dirahasiakan.
5. Hernan Crespo dari parma menuju Lazio salah satu klub ibu kota Itali.
6. Gianluigi Buffon dari Parma menuju Juventus yang merupakan transfer kiper termahal hingga saat ini.
Pemain kurang bercemerlang di seri-a (gagal) :
1. Thery Henry : Monaco – Juventus
2. Patrick Viera : Marsille – Ac Milan
3. Dominico Morfeo : Ac Parma – InterMilan
4. Mathias Almeyida : Ac Parma – InterMilan
5. Sabri lamochi : Ac Parma – InterMilan
6. Francesco Coco : Ac Milan – InterMilan
7. Rivaldo : Barcelona – Ac Milan
8. Jose Mari : Atc Madrid – Ac Milan
9. Ze Maria : Perugia – Intermilan
10. Umit davala : Ac Milan – Intermilan
11. Jhonatan Zebina : Roma – Juventus
12. Robie Keane : Leeds United – Intermilan
13. Giuesppe Pancaro : Lazio – Ac Milan
14. Hasan Sukur : Galatasaray – Intermilan
15. Davor Suker : Real Madrid – Intermilan
16. Luppateli : Roma – Parma
17. Okan Buruk : Galatasaray – Intermilan