Senin, 01 Juli 2013

SEJARAH LEGA CALCIO ITALIA

Serie-A Italia
Saat ini Sepak Bola menjadi alternative fashion atau trend di kalangan Masyarakat dengan gaya bersosial ala remaja. Terbukti bahwa sering kita jumpai remaja Ibu kota sering terlihat ber-jersey (pakaian sepakbola) pada setiap event nonton bareng partai besar sampai-sampai di kalangan pertokoan serta kampus pun terlihat beberapa orang berpakaian klub yang ia cintai, tak terhindar dari syimbol kecintaan terhadap tim tersebut 60% obrolan yang dibicarakan anak muda saat ini tak jauh dari dunia sepakbola, bagaimana si kulit bundar tidak lepas dari sorotan masyarakat sedangkan sepak bola ikut andil besar dalam kebesaran suatu daerah yang ia tempati, wujud fanatik pun tak bisa dihindari. Aktualisasi keberadaan potensi lokal di Indonesia dapat terlihat dari  busana, musik,  seni, maupun kebudayaan lainnya memberikan corak yang kuat sebagai  suatu kekayaan akan sebuah keragaman yang hidup berdampingan dalam mengapreasikan kecintanya terhadap sepak bola. Semarak itu pun tercipta tidak hanya pada pria, sang wanita yang juga menyukai dunia sepak bola pun tidak sungkan-sungkan memperlihatkan jersey kebesaran klub yang ia sukai, sangat di buktikan antusias mereka ketika sang jagoan yang ia bela merayakan kemenangan. Atas dasar apa para wanita saat ini menyukai sepak bola, saya tidak bisa memberikan kepastian terlalu jauh, bisa saja mereka suka dengan ketampanan para pemain atau kehebatan pemain itu sendiri. Selebihnya, saya ingin menjabarkan salah satu liga terbesar Dunia  yaitu “Seri-A Italia”.
Sejarah sepak bola Italia memiliki lebih dari satu abad kehidupan, sepak bola adalah olah raga nasional Italia dan semangat mereka untuk olah raga ini adalah jelas, baik dalam lapangan sepak bola agresif, maupun pada platform dari lapangan sepak bola itu sendiri. Seri-a dalam bentuknya seperti saat ini, dimulai sejak tahun 1929. Sebelumnya dari 1898-1929, kompetisi tersebut di bagi kepada grup-grup menurut wilayah. Pada tahun 1927 tidak ada tim yang di berikan gelar juara setelah Torino di cabut gelarnya oleh FIGC, Torino dinyatakan memenangi juara pada musim 1948-1949 setelah kecelakaan pesawat menjelang akhir musim yang merenggut semua nyawa anggota tim.
Keberhasilan menjadi juara di Liga Italia disebut Scudetto (Perisai Kecil) karena sang juara akan mengenakan sebuah lambang kecil dengan bendera Italia di seragamnya pada musim berikutnya. Liga seri-a mempunyai 18 tim keseluruhan, dengan 4 juru kunci pada posisi bawah akan terdegradasi pada akhir musim, sedangkan 4 klub teratas dapat mengikuti liga champion dengan peringkat satu dan dua lolos otomatis ke fase group, posisi tiga dan empat harus terlebih dahulu mengikuti babak kualifikasi untuk lolos ke fase group. Klub yang paling berhasil merengkuh gelar juara adalah Juventus dengan raupan 27 kali juara, di ikuti AC Milan dan Internazionale Milan dengan raupan 18 gelar juara, dan pada posisi keempat Genoa C.F.C dengan raupan 9 gelar juara.
Sepak bola Italia memiliki sejumlah pemain yang melegenda (Meazza, Benetti, Zoff, Baresi, Vialli, Baggio, Tardelli, Rossi, Altobelli, Maldini, Massaro, dan banyak lainnya termasuk Totti, Del piero, Fillipo Inzaghi yang masih berkiprah hingga saat ini). Pelatih sepak bola dengan pengetahuan bagus (Shaci, Pozzo, Valcareggi, Friuli, Trapatoni, Lippi, dan Cappelo). Oleh karena itu sepak bola tetap di kembangkan dan mencapai puncaknya sebagai juara dunia.  Bukan itu saja klub-klub Italia merajai Eropa pada tahun 1990-95 dengan peserta final liga champions yang selalu diikuti oleh AC Milan dan Juventus. 
Orang Italia yang mencetak gol terbanyak di Liga Champion adalah Inzaghi dengan dua klub yang berbeda Juventus dan Milan memberikan torehanya sebesar 70 gol. Selisih 1 gol dengan sang pangeran Bernabeu yang saat ini membela Schakle 04 yakni Raul Gonzales.
Pencetak gol terbanyak selama semusim di liga Italia adalah Ole Gunnar Nordahl pria berkebangsaan swedia yang merupakan pemain Ac Milan pada tahun 1949 dengan 35 gol dalam semusim, keberhasilan tersebut ia raih dua musim berturut-turut.  Bagaimana dengan pencetak gol terbanyak seri-a ? ya, jawabanya adalah Silvio Piola pria berkebangsaan negri Pizza ini lahir pada tanggal 29 september 1913 dan meninggal pada tahun 4 oktober 1996. Dengan 274 gol selama  Karir sang maestro pernah membela lima klub yang berbeda : Pro Vercelli, Lazio, Torino, Juventus dan Novara. Riwayat seorang pencetak gol terbanyak yang masih berkiprah di seri-a hingga saat ini adalah Francesco Totti yang menyumbangkan 211 gol hanya dengan satu klub semasa karir nya yaitu serigala ibu kota As Roma.
Dalam timnas Italia sendiri riwayat pencetak gol terbanyak diraih oleh Gigi Riva dengan torehan 35 gol untuk ‘Gli Azzuri’ . penampilan terbanyak di pegang oleh Paolo Maldini sebanyak 126 laga dari tahun 1990-2002 sang ‘Il Capitano’ tidak pernah merasakan gelar juara piala dunia maupun eropa, pencapain terbaiknya hanya berhasil membawa Italia masuk finalis piala dunia 94 dan piala eropa 02 setelah itu Maldini mengumumkan pensiun dari Timnas Italia pada usia 34 tahun. Ada lagi Pemain Italia tertua di raih oleh penjaga mistar gawang juventus yaitu Dino Zoff.
Di tahun 1996 ketika saya pertama kali melihat pertandingan antara AC Milan melawan Juventus dalam siaran langsung liga Italia pada salah satu televisi media suasta tanah air, kala mana punggawa besar seperti Zidane, Conte, Baresi, Bergomi, Weah, Maldini, Albertini serta Alesandro Del Piero masih terpampang bugar serta lincah dalam menggiring bola dari sisi pinggir lapangan hingga tengah lapangan dengan dribel dan sprint yang masih memadai. Sejak itu tertanam dalam benak saya bahwa kebesaran sepak bola ranah Italia pada pertengahan era 80 hingga akhir 90 sangat terlihat memuncak, euporia dapat terasa pada para pendukung atau yang biasa disebut “Ultras”(Garis Keras), mengkumandangkan kebesaran kota serta klub yang ia cintai dari mulai Napoli, Bari, Parma, Fiorentina, Venezia, Piacenza, Bologna, Brescia, Lazio, Roma, Juventus, Ac Milan serta pula klub satu ibu kota yang terbentuk dengan nama Internazionale Milan dengan stadion sama tetapi hanya berbeda nama “San Siro” diberikan untuk stadion Milan dan “Guiseppe Meazza”  untuk rekan se-Ibu kota  yaitu Inter Milan.   Rata-rata ultras di Italia itu saling bersenggolan dalam masalah sejarah, derby maupun permasalahan kelas antara borjuis dan proletar. Dengan derby – derby terpanas seperti :
1.      Palermo – Catania “Derby Cicillia”
2.      Ac Milan – Intermilan “Derby Della Madonnina”
3.      As Roma – Lazio “Derby Della Capitale”
4.      Juventus – Torino “Derby Della Mole”
5.      Genoa – Sampdoria “Derby Della Lanterna”
6.      Fiorentina – Ac Siena “Derby Tuscan”
Berbicara sepak bola rasanya hambar kalau kita tidak membicarakan soal supporter, dalam peranan ini supporter memang ikut ber-andil besar ketika pertandingan di stadion ataupun luar stadion.Citra ini begitu sangat melekat sehingga tak jarang dari para supporter yang sering beradu argumen, fisik serta idealogi. Berikut ini saya sertakan supporter atau ultras yang berada di italia dengan sumber-sumber tertentu.
Di sepak bola Italia ultras dikenal sebagai Tuhan di dalam stadion karena merekalah yang berkuasa di stadion , ultras mempunyai tempat kusus dalam menyaksikan pertandingan. Biasanya mereka bertempat di tribune, di belakang garis gawang selain itu kekususan mereka adalah polisi tidak diperkenankan berada di tribune yang mereka tempati. Seperti kita lihat pada derby di Italia ultras sangat berpengaruh dalam pertempuran di lapangan terhadap tim yang mereka dukung masing-masing. Mereka mempunyai tradisi kususnya di Itali yaitu pertempuran (Fighting) yang syah antara grup ultras yang bermusuhan. Walaupun dalam pertempuran atau perkelahian mereka mempunyai kode etik, yaitu tidak di perkenan untuk melapor pihak berwajib. Beringas seperti hewan buas yang lapar ketika melihat sang mangsa dihadapanya contoh itu lah yang dipertunjukan kala mana kedua belah pihak tumpah di jalanan ataupun bar yang mereka kunjungi.
Tragedy Heysel pada tahun 1986 di Belgia yang melibatkan dua kelompok suporter dari Juventus dan Liverpool baku hantam, menyebabkan puluhan suporter dari Juventus meninggal dunia pada final Piala Champion. Tragedy yang masih menyimpan kenangan pahit bagi kedua kubu baik Juve maupun Liverpool. Pemaian Korea Selatan yang bermain bagi Perugia Ahn-jung hwan pun harus mengalami pil pait akibatnya ia dipecat dari klub lantaran mencetak gol penentu yang menyingkirkan Italia dari putaran final piala dunia 2002, hal ini sempat mendapat trending topic di Italia pada tahun itu. Liga seri-a ketika era 88 – 02 adalah perkumpulan pemain terbaik, ketika itu klub-klub Italia mendapat persaingan ketat dari klub negri “el Matador” dalam ajang bergengsi tahunan Piala Champion yang kemudian berganti nama menjadi Liga Champion.
Apabila grup tifosi lain yang memiliki bendera ultras musuhnya maka berarti bahwa grup tifosi ultras tersebut berhasil menaklukan atau mempermalukan musuhnya tersebut tetapi ada syaratnya, bendera tersebut bukan dicuri atau di ambil tanpa sepengetahuan lawan melainkan harus dari “Open fight”. Pelanggaran hal tersebut pernah di alami oleh ultras Ac Milan berjulukan “Fossa Dei Leoni”  ketika memperoleh bendera ultras Juventus bukan karena “Open fight” melainkan menemukan bendera di jalan, ultras Juve tidak terima dengan hal tersebut sehingga mencegah tifosi Milan di Eidhoven Belanda setelah partai liga champion antara PSV – Ac Milan pada tahun 2003 dan mendapatkan bendera ultras Milan secara “Open fight”.  Setelah timbul masalah baru antara ultras-ultras Milan dimana saat itu ultras Milan FDL (Fossa Dei Leoni) melanggar kode etik dengan menduduki tribune Nord merupakan tribune langgaran bagi ultras Milan karena punya Inter Milan. Akibat kurang setujunya FDL terhadap kebijakan Brigate Rossoneri yang merupakan ultras tertua Milan ini menandakan bahwa  permasalahan kelas antara Borjuis (Inter) dan Proletar (Milan) sangat kental terjadi di permasalahan tersebut, akhirnya pada tahun 2005 semua ultras Milan dibubarkan bersama FDL dan Brigate Rossoneri  kemudian dibentuk Guerriere ultras. Berikut adalah contoh ultras di Italia :
1.      Brigate Rosseneri (BRN) Milan, AC Milan
2.      Fossa Dei Leoni (FDL), AC Milan
3.      Guerriere ultras, AC Milan (Gabungan BRN-FDL, Ultras Milan hanya orang Italia)
4.      Commandos Tigre, AC Milan (Ultras Milan secara Universal)
5.      Gruthi ultras, Juventus
6.      Bois San ultras, Inter Milan
7.      Tifoseria Laziale, Lazio
8.      The Commando ultras curva, As Roma
9.      Yellow-blue brigate Verona, Verona
10.  Viola club Viesseux, Foirentina
11.  Naples ultras, Napoli
12.  Griffin’s den genoa, Genoa
13.  Granata ultras torino, Torino
14.  Black and Blue brigate atalanta, Atlanta
15.  Ernesto Cucchiaroni Sampd, Sampdoria
16.  Ultras dei boys parma, Parma Ac.
Hampir semua stadion di Italia sudah tidak layak prosedur anggap saja tua karena penghasilan yang ia dapati dari nilai jual penonton serta sponsor tidak cukup memadai untuk perkembangan infrastruktur perbaikan di luar atau dalam arena stadion tersebut. Stadion di italia rata-rata dimiliki bersama oleh dua klub contoh ; Milan – Inter, Juventus – Torino, Roma – Lazio, Fiorentina – Siena,  semakin canggih dan semakin kuatnya antusias para masyarakat luas kepada sepak bola Italia mengharuskan FIGC (Federazione Italiana Giuoco Calcio).  Memperbaruhi Infrastruktur persepakbola-an Italia beserta stadion, alhasil Juventus mendirikan stadion terbaru dengan kapasitas kurang lebih 40ribu. Fakta tersebut dikarenakan stadion Olimpia satu-satunya di italia yang tidak menggunakan pembatas antara penonton terhadap lapangan agar atmosfer pertandingan lebih terasa kuat (seperti kebanyakan stadion yang berada di Inggris) “Olimpia stadio”. Italia adalah kota penuh gaya bangunan romawi dengan sentuhan arsitek yang tinggi akan seni, Berikut ini beberapa nama stadion terbesar dan kapasitas stadion italia :
1.      Stadion San Siro (Giuseppe Meazza) kapasitas 82.955
2.      Stadion Olimpiade Roma kapasitas 82.300
3.      Delle Alpie Torino kapasitas 67.229
4.      Stadion San Nicola Bari kapasitas 58.248
5.      Artemio Franchi Fiorentina kapasitas 47.282
6.      Stadion Friuli Udinese kapasitas 41.652
7.      Juventus Arena Juventus kapasitas 41.000
Berbicara soal wasit Italia, wasit Italia terlihat keras dan tegas dalam mendampingi laga di lapangan, berikut wasit Italia yang mungkin masih anda ketahui dengan gaya nya yang plontos dan ketegasanya di lapangan hijau, ialah Peierluigi Colina adalah wasit seri-a  dan lahir di Bologna, Italia, 13 Februari 1960, umur 51.
Pada tahun 1984 ia lulus dalam bidang ilmu ekonomi di universita Bologna, ia pernah bermain sepak bola setelah akhirnya berganti profesi menjadi wasit, saat itu ia bermain sebagai bek tengah untuk sebuah tim local, dan ketika pada tahun 1977 Colina mendapatkan tawaran menjadi wasit disamping itu ia merasa bahwa dirinya berbakat untuk melakukan pekerjaan tersebut.  Dalam kurung waktu 3 tahun ia berhasil mencapai jenjang tertinggi di bidang regional. Pada tahun 1988 ia berkembang secar pesat, bahwa  lebih pesat dari pada seorang wasit, sehingga ia dipromosikan sampai divisi nasional tingkat tiga, seri C1 dan seri C2.
Setelah tiga musim ia dipromosikan untuk memimpin pertandingan seri-b dan seri-a. kurang lebih pada saat ini ia secara parah mendapatkan penyakit “alopecia” sehingga semua rambut dan bulu di kepalanya rontok sehingga memberinya wajah yang khas dan nama julukan “Kojak”. Pada tahun 1995, setelah ia mewasiti 43 pertandingan seri-a, namanya ditaruh sebagai wasit FIFA. Pada Olimpiade 1996, ia memimpin lima pertandingan, termasuk pertandingan final antara Nigeria dan Argentina. Dan pada tahun 1999 ia memimpin pertandingan final UEFA Champion League antara Bayer Munchen dan Manchester United. Di tahun 2002, ia mencapai puncak karirnya dengan memimpin partai final Piala Dunia antara Brasil dan Jerman. Ia juga merupakan wasit pada pertandingan final Piala UEFA pada tahun 2004 antara Valencia dan Olympique Marseille.
Pernah terjadi pada tahun 2003, Paus Johanes Paulus II di Vatikan meminta agar wasit liga Italia bertindak adil di lapangan. Pesan Pemimpin Tertinggi Katolik ini disampaikan saat delegasi wasit Liga Italia seri-a dan seri-b datang ke Vatikan. Dalam pertemuan hampir satu jam itu para wasit diingatkan agar banyak berbuat kebajikan melalui kiprahnya di lapangan hijau. Menurut Paus, olah raga harus menjunjung keadilan dan kejujuran. Di anatar wasit yang hadir dalam pertemuan itu adalah wasit internasional berkepala plontos Peierlugi ColinaTahun 2004 adalah tahun terakhirnya sebagai wasit turnamen Internasional karena usianya telah mencapai 45 tahun. Ia pensiun pada tahun Agustus 2005.
Liga Italia sempat menghilang dari layar kaca Indonesia dikarenakan hak siar yang begitu tinggi mengakibatkan pihak RCTI mengalihkan siaran sepak bola Italia kepada Bundes Liga Jerman yang kebetulan pada saat itu menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006. Kemerosotan ini pun sangat dirasakan oleh para pecinta liga Italia (seri-a) yang ada di Indonesia. Pada akhirnya setelah melalui proses yang cukup panjang seri-a Italia bisa disiarkan kembali oleh SCTV dan sekali lagi mengalami proses hak penyiaran, setelah menanti lama seri-a pun berkumandang lagi tetapi berbeda dengaan hak siar sebelumnya yang saat ini hak siar liga seri-a Italia di tayangkan oleh INDOSIAR.  
Fakta – fakta lainnya dari Liga Seri A Italia antara lain :
Bursa transfer (kontroversi) :
1.      Perpindahan R.Baggio dari Juventus menuju kota mode Milan mengundang berjuta kontroversi, beribu seporter menghujat sang “kuncir kuda” julukan bagi Baggio, yang memiliki nomor punggung 10 kala masih membela juventus.
2.      Perindahan “il Phenomena” Ronaldo dari Intermilan menuju Real Madrid mendapatkan hujatan dari seporter interisti.
3.      Melangkah sedikit tak jauh dari era 90, Ibrahimovic yang di boyong Juventus dari Ajax Amsterdam pada musim panas 2004 hanya bertahan dua musim di kota Turin lantaran Juventus harus turun kasta menuju seri-B. saat itu Juve terjerat kasus calciopoli, dan ibra hengkang ke seteru Juventus yaitu Intermilan. Beribu hujatan dari ultras juventini pun ikut memanaskan tensi ke dua klub yang ternyata Intermilan tersandung kasus serupa.
4.      Fabio Cannavaro dari Juventus menuju luar Italia, di boyong oleh Real Madrid dengan bandrol yang dirahasiakan.
5.      Hernan Crespo dari parma menuju Lazio salah satu klub ibu kota Itali.
6.      Gianluigi Buffon dari Parma menuju Juventus yang merupakan transfer kiper termahal hingga saat ini.
Pemain kurang bercemerlang di seri-a (gagal) :
1.      Thery Henry : Monaco – Juventus
2.      Patrick Viera : Marsille – Ac Milan
3.      Dominico Morfeo : Ac Parma – InterMilan
4.      Mathias Almeyida : Ac Parma – InterMilan
5.      Sabri lamochi : Ac Parma – InterMilan
6.      Francesco Coco : Ac Milan – InterMilan
7.      Rivaldo : Barcelona – Ac Milan
8.      Jose Mari : Atc Madrid – Ac Milan
9.      Ze Maria : Perugia – Intermilan
10.  Umit davala : Ac Milan – Intermilan
11.  Jhonatan Zebina : Roma – Juventus
12.  Robie Keane : Leeds United – Intermilan
13.  Giuesppe Pancaro : Lazio – Ac Milan
14.  Hasan Sukur : Galatasaray – Intermilan
15.  Davor Suker : Real Madrid – Intermilan
16.  Luppateli : Roma – Parma
17.  Okan Buruk : Galatasaray – Intermilan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar