Senin, 01 Juli 2013

SEJARAH SINGKAT JUVENTUS

Nama lengkap Juventus Football Club S.p.A.
Julukan La Vecchia Signora (Nyonya Tua)
La Fidanzata d'Italia (Sang Kekasih Italia)
I bianconeri (Putih - Hitam)
Le Zebre (Si Zebra)
La Signora Omicidi (Nyonya Pembunuh)
Juventus
JuventusFC2004.svgSejarah Singkat
Pertama didirikan oleh murid-murid sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum di Turin pada 1897, Juventus memiliki nama awal Sport Club Juventus. Baru dua tahun kemudian berganti nama menjadi Foot-Ball Club Juventus.

Namun di tahun 1906, Juventus sudah mengalami perpecahan. Beberapa staff memutuskan meninggalkan Juventus yang kemudian diikuti oleh presiden Alfredo Dick yang kemudian mendirikan klub baru berjuluk FBC Torino.

Merujuk pada sejarah, Juventus adalah klub Italia tersukses. Total 40 tropi dikoleksi dan Juventus adalah salah satu klub terbaik di dunia, dengan mengumpulkan 11 tropi internasional, yaitu rekor sembilan titel kompetisi UEFA dan dua gelar dunia, yang menjadikan mereka sebagai tim ketiga yang paling sering menang di Eropa dan keenam di dunia untuk kompetisi internasional antarklub.

Juventus juga memegang rekor terbanyak di Serie A Italia sebagai tim peraih juara terbanyak dengan 27 gelar dan memegang rekor juara secara berturut-turut, yaitu dari musim 1930/31 hingga 1934/35. Juventus juga memenangi Coppa Italia sebanyak sembilan kali dan sampai saat ini masih memegang rekor kemenangan secara keseluruhan.

SEJARAH SINGKAT INTER MILAN


FC Internazionale 


Sejarah Singkat
Internazionale Milano, atau yang biasa dikenal sebagai Inter Milan berdiri pada 9 Maret 1908. Klub ini merupakan pecahan dari AC Milan yang berusia sembilan tahun lebih tua.

Latar belakang berdirinya klub ini adalah kegerahan atas dominasi pemain lokal di AC Milan. Sekelompok orang Italia dan Swiss pun akhirnya membentuk klub sendiri yang kemudian bernama Inter Milan.

Sejak dibentuk, klub ini terbuka untuk semua pemain dari negara lain. Tahun kedua mengikuti kompetisi Serie A, Inter yang bermaterikan pemain asing dan Italia langsung menjadi kampiun.

Inter juga sempat berganti nama menjadi Ambrosiana SS Milano selama era fasisme di Italia setelah bergabung dengan Milanese Unione Sportiva pada tahun 1928. Bahkan setahun kemudian presiden klub terpilih Oreste Simonotti mematenkan nama Inter menjadi AS Ambrosiana di tahun 1929.

Meski demikian fans Inter tetap memanggil klub kesayangan mereka itu dengan panggilan yang sama seperti dulu dan pada akhirnya pada tahun 1931, presiden baru Inter Ferdinando Pozzani mengubahnya lagi menjadi AS Ambrosiana-Inter. Setelah akhir Perang Dunia II, nama tersebut dihapus dan kemudian diganti ke nama awal, Internazionale FC Milano dan dipertahankan hingga saat ini.

Puncak prestasi Nerazzurri terjadi pada musim 2009/10 ketika meraih treble (gelar juara Serie A, Coppa Italia dan Liga Champions) di bawah asuhan Jose Mourinho yang kemudian hengkang ke Real Madrid.

Sejarah Derby Kota Roma atau Della Capitale






Derby della Capitale juga dikenal sebagai Derby Capitolino il atau Derby del Cupolone atau Derby del Colosseo atau Derby dell’Urbe, adalah pertandingan antar dua tim sepakbola utama yang berdomisili di kota Roma, yakni Associazione Sportiva Roma (AS Roma) dengan Societa Sportiva Lazio (SS Lazio).
Derby della Capitale, adalah Derby spesial, dapat dianggap sebagai derby tersengit di Italia dibandingkan
dengan derby lainnya seperti Derby della Madonnina (derby kota Milan) atau Derby della Mole (derby kota Turin), juga dapat dikatakan sebagai salah satu derby terbesar dan terpanas di Eropa.
Derby della Capitale telah ditandai dalam sejarah dengan penonton yang membludak, adu semangat dan penuh tensi, dan seringkali diwarnai insiden-insiden kekerasan.

SEJARAH PERSAINGAN

Penduduk kota Roma meyakini bahwa Derby della Capitale adalah “lebih dari sekadar permainan”.
AS Roma merupakan merger dari tiga klub lokal di kota Roma, yaitu: Roman, Alba-Audace, dan Fortitudo yang diperintah oleh rezim fasis saat itu (Benito Mussolini) yang berkeinginan membentuk klub sepakbola di kota Roma yang mampu menandingi dominasi klub-klub di utara Italia.
Berkat pengaruh seorang jenderal fasis (Giorgio Vaccaro), Lazio menjadi satu-satunya klub di Roma yang menolak adanya merger, hal inilah yang pada awal mulanya memunculkan persaingan antara kedua klub. Derby della Capitale pertama berlangsung pada tanggal 8 Desember 1929, yang dimenangkan oleh Roma dengan skor 1-0 (saat itu masih berlangsung di stadion Campo Rondinella).
Fakta bahwa kedua klub membenci klub-klub dari utara Italia, terlebih mereka tidak memenangi banyak piala sebagaimana klub-klub raksasa itu, menjadikan Derby della Capitale sebagai kesempatan untuk membuktikan siapa yang lebih dominan di ibukota (Roma).
Secara historis, pendukung AS Roma merupakan penduduk daerah selatan kota Roma yang berhaluan politik sayap kiri (sosialis/demokrasi sosial). Sementara itu, suporter Lazio cenderung berasal dari daerah utara kota Roma yang lebih makmur dan beraliran politik sayap kanan (liberal). Perbedaan tingkat sosio-ekonomi dan haluan politik ini yang menambah bumbu persaingan diantara kedua belah fans. Hal inilah yang juga menyebabkan ultras masing-masing fans mengambil tempat yang bertolak belakang di stadion, Ultras Lazio di curva nord dan Ultras Roma di curva sud.
Bagi fans Roma, fans Lazio dianggap sebagai outsider/orang luar, karena asal usul mereka dari luar kota Roma. Sementara bagi fans Lazio, merekalah yang membawa sepakbola ke kota Roma (Lazio telah berdiri sejak 1900, sementara Roma baru muncul 27 tahun kemudian).

STATISTIK DAN CATATAN

Hingga pertengahan musim 2009/2010, Roma dan Lazio telah bertanding 161 kali di semua kompetisi, dimana Roma masih memimpin statistik dengan 58 menang-59 seri-44 kalah (melesakkan 193 gol dan kebobolan 160 gol).
Khusus di kompetisi Serie A, Romapun masih unggul dengan 43 menang-54 seri-33 kalah (154 gol memasukkan dan 126 gol kemasukan) dari 130 partai.
Catatan derby:
  • Derby pertama dimainkan tanggal 8 Desember 1929, dengan hasil akhir 1-0 untuk Roma berkat gol Rodolfo Volk
  • Lazio baru berhasil memenangkan derby pertamanya di Serie A pada tanggal 23 Oktober 1932 dengan skor 3-0 (2 gol Fantoni dan 1 gol Malatesta)
  • Derby pertama di stadion olimpico berakhir imbang 1-1. Carlo Galli menyumbang gol untuk Roma, dan Pasquale Vivolo menyamakannya bagi Lazio
  • Kemenangan terbesar Roma tercatat pada musim 1933/1934 dengan skor 5-0, sementara kemenangan dengan selisih terbesar Lazio adalah 3-0 yang terjadi pada musim 2006/2007
  • Lazio mencatat kemenangan derby terbanyak dalam satu musim. Hal ini terjadi pada musim 1997/1998, dimana Lazio memenangi seluruh empat derby dalam musim tersebut (masing-masing dua kali di Serie A dan perempat final Coppa Italia)
  • Francesco Totti adalah pemain yang paling banyak bermain di Derby della Capitale dengan torehan 27 kali penampilan, sementara pencatat rekor terbanyak Lazio adalah Aldo Pulcinelli dan Giuseppe Wilson dengan 19 kali tampil
  • Dino da Costa dan Marco Delvecchio telah mencetak 9 gol bagi Roma dalam derby, sementara Silvio Piola menjadi pemain Lazio terproduktif dalam derby dengan 6 golnya
  • Pemain yang memegang rekor gol terbanyak dalam satu pertandingan derby adalah il aeroplanino Vincenzo Montella. Dalam derby tanggal 11 Maret 2002, Montella mencetak 4 gol dalam kemenangan Roma 5-1
  • Pemain yang dapat mencetak gol dalam derby bagi kedua klub hanyalah Arne Selmosson
  • Tidak banyak pemain yang bermain untuk kedua klub dalam derby, antara lain: Fulvio Bernardini, Luigi DI Biagio, Attilio Ferraris IV, Diego Fuser, Lionello Manfredonia, Sinisa Mihajlovic, Angelo Peruzzi, Arne Selmosson, dan Sebastiano Siviglia

SEJARAH SINGKAT AS ROMA

 Logo A.S. Roma
Nama lengkap Associazione Sportiva Roma SpA
Julukan i Giallorossi (Kuning-Merah)
La Maggica (Ajaib)
i Lupi (Serigala)
Sejarah Singkat
Associazione Sportiva Roma didirikan pada tahun 1927 oleh Italo Foschi. Klub ini merupakan hasil merger tiga klub Roma yang telah berdiri sebelumnya, yaitu Roman, Alba-Audace dan Fortitudo.

Merger tiga klub tersebut merupakan inisiatif diktator fasis terkenal Italia, Benito Mussolini. Tujuannya adalah membentuk klub yang kuat dari ibukota yang bisa mengakhiri dominasi klub-klub utara Italia saat itu.

Di tahun pertamanya sebagai klub profesional, AS Roma menjadikan Motovelodromo Appio sebagai stadion kandang mereka sebelum pindah di Campo Testaccio yang mulai dibuka pada November 1929.

AS Roma juga identik dengan warna merah marun dan kuning keemasan, yang mewakili warna tradisional dari kota itu sendiri. Warna itu sendiri diambil dari salah satu dari tiga klub merger, yaitu Roman Football Club.

SEJARAH NAPOLI


Klub ini petama kali berdiri tahun 1904 dengan nama Naples Foo-Ball & Cricket Club. Adalah pelaut Inggris William Poths dan rekannya Hector M. Bayon yang menjadi penggagasnya. Para pengusaha lokal, Conforti, Catterina dan Amedeo Salsi juga terlibat dan akhirnya menjadi presiden klub pertama Napoli.

Pada 23 Agustus 1926, di bawah presiden Giorgio Ascarelli, klub berganti nama menjadi Associazione Calcio Napoli. Namun saat masuk pertama kali ke Serie A, tampuk kepemimpinan berpindah tangan ke Garbutt, di mana Napoli menorehkan sejumlah kesuksesan dan menjadi klub yang paling diwaspadai.

Sejak itu, Napoli mengalami prestasi yang naik turun, termasuk setelah Perang Dunia II. Napoli keluar masuk Serie A dan Serie B hingga pertengahan 60-an.

Era keemasan Napoli terjadi di pertengahan 80-an dan awal 90-an, di mana ada Diego Maradona di dalamnya. Legenda hidup Argentina itu mengantar Napoli ke berbagai kesuksesan, mulai dari tropi Piala UEFA dan gelar Serie A.[/font]


IL PARTENOPEI

Menurut legenda nama asli Napoli adalah parthenopaea. Nama itu diberikan oleh seorang dewi fortuna perayu bernama Parthenope sebagai ucapan triema kasih. Konon, karena pembangunan kota Napoli inilah kuburan Parthenope yang lama ditelan bumi akhirnya muncul lagi. Nama Parthenope memang sangat berbau Yunani. Tak usah heran, karena dulu kota Napoli ini memang pernah jadi koloni kerajaan Yunani kuno. Dan mereka menyebut kota jajahannya Neapolis. Setelah itu Napoli silih berganti jatuh ketangan banyak penguasa. Dari Romawi kuno, dinasti Norman, Hohenstaufen, Angevin, Aragon, sampai Spanyol. Josep Bonaparte, saudara kandung Napoleon, memasukan Napoli dalam kekaisaran Prancis pada awal abad XVIII, Setelah sempat jatuh ke tangan Dinasti Bourbon, Napoli akhirnya bergabung dengan Bologna, Parma, Modena, dan Tuscany membentuk ”Persatuan Selatan” pada 1860. Inilah cikal bakal ”Kekaisaran Italia” yang terbentuk 10 tahun kemudian.

Karena kekuasaan yang begitu cepat silih berganti itulah kultur Napoli pun terus bergerak. Tapi pada akhirnya, toh pengaruh Yunani juga yang paling banyak melekat. Sama seperti yang dialami kebanyakan kota di ujung Italia Selatan, seperti Maratea dan Reggio di Calabria atau Palermo serta Messina di pulau Sicilia.

Pengaruh Yunani itu sampai sekarang masih terasa. Terutama bila anda menelusuri kawasan yang disebut Spacca Napoli(kota lama) dengan berjalan kaki. Sebagian jalanannya yang sempit dan berbatu-batu itu adalah warisan kota tua peninggalan Yunani. Tata kota sebagian kawasanyya pun sangat berbau Yunani. Tapi bukan itu saja keunikan kota terbesar kedua setelah Roma di Italia Selatan ini.

Dalam urusan sepakbola, Napoli juga bisa dibilang sebuah unikum tersendiri dalam percaturan Seri A. Bayangkan, sebagai kota yang tingkat kesejahteraannya termasuk rendah untuk Italia, pemegang tiket terusannya selalu mencapai 70 ribu orang. Angka itu sekitar 97% dari kapasitas Stadion San Paolo yang megah. Persentase tersebut juga yang tertinggi dibanding klub-klub besar Italia lainnya. Bahkan mungkin yang tertinggi di seantero Eropa. Publik Napoli memang sangat fanatik terhadap tim kesayangannya.

Kata orang sejarah klub Napoli mengikuti ”hukum pembagian jam” menurut versi orang bule. Maksudnya, periodisasinya bisa dibagi dua: ”AM” (ante meridiem) dan ”PM” (post meridiem). Tapi dalam konteks sepakbola, dua bagian tersebut harus dibaca:”Ante Maradona” dan ”Post Maradona”. Maradona memang bagian penting, mungkin yang terpenting, dalam sejarah kota Napoli. Betapa tidak, berkat kehadiran bintang Argentina inilah Napoli ”masuk” dan diakui sebagian sejarah persepakbolaan Italia.

Pada pertengahan tahun 1984 Corlaino mendatangkan Maradona dari Barcelona, klub sebetulnya kekurangan dana hampir I juta US Dollar. Tapi Corlaino tak kurang akal. Ia minta semua pendukung fanatik Napoli ramai-ramai menyumbang agar klub bisa menalangi kekurangan itu. Diluar dugaan, sambutan penggemar ternyata sangat antusias. Ribuan warga kota pelabuhan itu antre diluar markas klub untuk menyumbangkan dana. Dan hanya dalam hitungan hari kekurangan dana itu bisa diatasi.

Maradona pun diboyong ke Napoli pada pertengahan 1984. Ia dibawa ke Stadion San Paolo dengan helikopter. Di stadion penonton berjubel menunggu kehadirannya. Padahal untuk itu, mereka masih harus membayar tiket masuk seribu Lira perorang. Fanatisme yang luar biasa.

Sukses Maradona tak bisa dilepaskan dari peran pelatih Ottavio Bianchi. Bintang Napoli lainnya pada masa itu adalah Careca, penyerang asal Brazil yang jadi tandem di lini depan bersama Maradona. Lini tengah dipimpin gelandang ulet Fernando De Napoli dan Alemao.

Ada cerita menarik, dari kejadian perempat final pada piala dunia 1990, saat Argentina mengalahkan Brazil. Setelah Caniggia mencetak gol, memanfaatkan umpan matang sang maestro Maradona. Para pemain Brazil menyemprot Alemao, karena tidak melakukan pelanggaran terhadap rekan setimnya di Napoli. Padahal, posisinya begitu dekat dengan Maradona, untuk melakukan tekel yang beresiko pelanggaran. Entahlah, apa karena karisma Maradona? Yang menjadi temannya di Napoli, membuat Alemao enggan melakukan tindakan yang kurang ”sportif” . Yang terkesan ekstrem adalah ketika partai semi final di piala dunia 1990, saat Argentina berhadapan dengan tuan rumah Italia. Yang kebetulan pertandingan itu digelar di Stadion San Paolo, kandang Napoli. Dua hari menjelang pertandingan, Maradona disambut seperti pahlawan.

Bisa jadi, mereka tetap menyambut hangat karena sangat yakin Italia bisa mengalahkan tamunya. Tapi ada juga yang menilai sambutan itu tulus. Maklum warga Napoli memang kurang simpati terhadap timnasnya yang didominasi pemain dari klub-klub utara. Yang hangat suasana serupa terlihat pada pertandingan penyisihan Euro 2008. Saat lawan Lithuania Italia yang menjadi tuan rumah menjadikan San Paolo sebagai tempat partai kandangnya. Dan sambutan yang antusias didominasi oleh Banner dan poster Fabio Cannavaro. Maklum Cannavaro sendiri adalah putra asli Napoli, bahkan dia pun pernah menjadi seorang ball boy di stadion itu.

SEJARAH LEGA CALCIO ITALIA

Serie-A Italia
Saat ini Sepak Bola menjadi alternative fashion atau trend di kalangan Masyarakat dengan gaya bersosial ala remaja. Terbukti bahwa sering kita jumpai remaja Ibu kota sering terlihat ber-jersey (pakaian sepakbola) pada setiap event nonton bareng partai besar sampai-sampai di kalangan pertokoan serta kampus pun terlihat beberapa orang berpakaian klub yang ia cintai, tak terhindar dari syimbol kecintaan terhadap tim tersebut 60% obrolan yang dibicarakan anak muda saat ini tak jauh dari dunia sepakbola, bagaimana si kulit bundar tidak lepas dari sorotan masyarakat sedangkan sepak bola ikut andil besar dalam kebesaran suatu daerah yang ia tempati, wujud fanatik pun tak bisa dihindari. Aktualisasi keberadaan potensi lokal di Indonesia dapat terlihat dari  busana, musik,  seni, maupun kebudayaan lainnya memberikan corak yang kuat sebagai  suatu kekayaan akan sebuah keragaman yang hidup berdampingan dalam mengapreasikan kecintanya terhadap sepak bola. Semarak itu pun tercipta tidak hanya pada pria, sang wanita yang juga menyukai dunia sepak bola pun tidak sungkan-sungkan memperlihatkan jersey kebesaran klub yang ia sukai, sangat di buktikan antusias mereka ketika sang jagoan yang ia bela merayakan kemenangan. Atas dasar apa para wanita saat ini menyukai sepak bola, saya tidak bisa memberikan kepastian terlalu jauh, bisa saja mereka suka dengan ketampanan para pemain atau kehebatan pemain itu sendiri. Selebihnya, saya ingin menjabarkan salah satu liga terbesar Dunia  yaitu “Seri-A Italia”.
Sejarah sepak bola Italia memiliki lebih dari satu abad kehidupan, sepak bola adalah olah raga nasional Italia dan semangat mereka untuk olah raga ini adalah jelas, baik dalam lapangan sepak bola agresif, maupun pada platform dari lapangan sepak bola itu sendiri. Seri-a dalam bentuknya seperti saat ini, dimulai sejak tahun 1929. Sebelumnya dari 1898-1929, kompetisi tersebut di bagi kepada grup-grup menurut wilayah. Pada tahun 1927 tidak ada tim yang di berikan gelar juara setelah Torino di cabut gelarnya oleh FIGC, Torino dinyatakan memenangi juara pada musim 1948-1949 setelah kecelakaan pesawat menjelang akhir musim yang merenggut semua nyawa anggota tim.
Keberhasilan menjadi juara di Liga Italia disebut Scudetto (Perisai Kecil) karena sang juara akan mengenakan sebuah lambang kecil dengan bendera Italia di seragamnya pada musim berikutnya. Liga seri-a mempunyai 18 tim keseluruhan, dengan 4 juru kunci pada posisi bawah akan terdegradasi pada akhir musim, sedangkan 4 klub teratas dapat mengikuti liga champion dengan peringkat satu dan dua lolos otomatis ke fase group, posisi tiga dan empat harus terlebih dahulu mengikuti babak kualifikasi untuk lolos ke fase group. Klub yang paling berhasil merengkuh gelar juara adalah Juventus dengan raupan 27 kali juara, di ikuti AC Milan dan Internazionale Milan dengan raupan 18 gelar juara, dan pada posisi keempat Genoa C.F.C dengan raupan 9 gelar juara.
Sepak bola Italia memiliki sejumlah pemain yang melegenda (Meazza, Benetti, Zoff, Baresi, Vialli, Baggio, Tardelli, Rossi, Altobelli, Maldini, Massaro, dan banyak lainnya termasuk Totti, Del piero, Fillipo Inzaghi yang masih berkiprah hingga saat ini). Pelatih sepak bola dengan pengetahuan bagus (Shaci, Pozzo, Valcareggi, Friuli, Trapatoni, Lippi, dan Cappelo). Oleh karena itu sepak bola tetap di kembangkan dan mencapai puncaknya sebagai juara dunia.  Bukan itu saja klub-klub Italia merajai Eropa pada tahun 1990-95 dengan peserta final liga champions yang selalu diikuti oleh AC Milan dan Juventus. 
Orang Italia yang mencetak gol terbanyak di Liga Champion adalah Inzaghi dengan dua klub yang berbeda Juventus dan Milan memberikan torehanya sebesar 70 gol. Selisih 1 gol dengan sang pangeran Bernabeu yang saat ini membela Schakle 04 yakni Raul Gonzales.
Pencetak gol terbanyak selama semusim di liga Italia adalah Ole Gunnar Nordahl pria berkebangsaan swedia yang merupakan pemain Ac Milan pada tahun 1949 dengan 35 gol dalam semusim, keberhasilan tersebut ia raih dua musim berturut-turut.  Bagaimana dengan pencetak gol terbanyak seri-a ? ya, jawabanya adalah Silvio Piola pria berkebangsaan negri Pizza ini lahir pada tanggal 29 september 1913 dan meninggal pada tahun 4 oktober 1996. Dengan 274 gol selama  Karir sang maestro pernah membela lima klub yang berbeda : Pro Vercelli, Lazio, Torino, Juventus dan Novara. Riwayat seorang pencetak gol terbanyak yang masih berkiprah di seri-a hingga saat ini adalah Francesco Totti yang menyumbangkan 211 gol hanya dengan satu klub semasa karir nya yaitu serigala ibu kota As Roma.
Dalam timnas Italia sendiri riwayat pencetak gol terbanyak diraih oleh Gigi Riva dengan torehan 35 gol untuk ‘Gli Azzuri’ . penampilan terbanyak di pegang oleh Paolo Maldini sebanyak 126 laga dari tahun 1990-2002 sang ‘Il Capitano’ tidak pernah merasakan gelar juara piala dunia maupun eropa, pencapain terbaiknya hanya berhasil membawa Italia masuk finalis piala dunia 94 dan piala eropa 02 setelah itu Maldini mengumumkan pensiun dari Timnas Italia pada usia 34 tahun. Ada lagi Pemain Italia tertua di raih oleh penjaga mistar gawang juventus yaitu Dino Zoff.
Di tahun 1996 ketika saya pertama kali melihat pertandingan antara AC Milan melawan Juventus dalam siaran langsung liga Italia pada salah satu televisi media suasta tanah air, kala mana punggawa besar seperti Zidane, Conte, Baresi, Bergomi, Weah, Maldini, Albertini serta Alesandro Del Piero masih terpampang bugar serta lincah dalam menggiring bola dari sisi pinggir lapangan hingga tengah lapangan dengan dribel dan sprint yang masih memadai. Sejak itu tertanam dalam benak saya bahwa kebesaran sepak bola ranah Italia pada pertengahan era 80 hingga akhir 90 sangat terlihat memuncak, euporia dapat terasa pada para pendukung atau yang biasa disebut “Ultras”(Garis Keras), mengkumandangkan kebesaran kota serta klub yang ia cintai dari mulai Napoli, Bari, Parma, Fiorentina, Venezia, Piacenza, Bologna, Brescia, Lazio, Roma, Juventus, Ac Milan serta pula klub satu ibu kota yang terbentuk dengan nama Internazionale Milan dengan stadion sama tetapi hanya berbeda nama “San Siro” diberikan untuk stadion Milan dan “Guiseppe Meazza”  untuk rekan se-Ibu kota  yaitu Inter Milan.   Rata-rata ultras di Italia itu saling bersenggolan dalam masalah sejarah, derby maupun permasalahan kelas antara borjuis dan proletar. Dengan derby – derby terpanas seperti :
1.      Palermo – Catania “Derby Cicillia”
2.      Ac Milan – Intermilan “Derby Della Madonnina”
3.      As Roma – Lazio “Derby Della Capitale”
4.      Juventus – Torino “Derby Della Mole”
5.      Genoa – Sampdoria “Derby Della Lanterna”
6.      Fiorentina – Ac Siena “Derby Tuscan”
Berbicara sepak bola rasanya hambar kalau kita tidak membicarakan soal supporter, dalam peranan ini supporter memang ikut ber-andil besar ketika pertandingan di stadion ataupun luar stadion.Citra ini begitu sangat melekat sehingga tak jarang dari para supporter yang sering beradu argumen, fisik serta idealogi. Berikut ini saya sertakan supporter atau ultras yang berada di italia dengan sumber-sumber tertentu.
Di sepak bola Italia ultras dikenal sebagai Tuhan di dalam stadion karena merekalah yang berkuasa di stadion , ultras mempunyai tempat kusus dalam menyaksikan pertandingan. Biasanya mereka bertempat di tribune, di belakang garis gawang selain itu kekususan mereka adalah polisi tidak diperkenankan berada di tribune yang mereka tempati. Seperti kita lihat pada derby di Italia ultras sangat berpengaruh dalam pertempuran di lapangan terhadap tim yang mereka dukung masing-masing. Mereka mempunyai tradisi kususnya di Itali yaitu pertempuran (Fighting) yang syah antara grup ultras yang bermusuhan. Walaupun dalam pertempuran atau perkelahian mereka mempunyai kode etik, yaitu tidak di perkenan untuk melapor pihak berwajib. Beringas seperti hewan buas yang lapar ketika melihat sang mangsa dihadapanya contoh itu lah yang dipertunjukan kala mana kedua belah pihak tumpah di jalanan ataupun bar yang mereka kunjungi.
Tragedy Heysel pada tahun 1986 di Belgia yang melibatkan dua kelompok suporter dari Juventus dan Liverpool baku hantam, menyebabkan puluhan suporter dari Juventus meninggal dunia pada final Piala Champion. Tragedy yang masih menyimpan kenangan pahit bagi kedua kubu baik Juve maupun Liverpool. Pemaian Korea Selatan yang bermain bagi Perugia Ahn-jung hwan pun harus mengalami pil pait akibatnya ia dipecat dari klub lantaran mencetak gol penentu yang menyingkirkan Italia dari putaran final piala dunia 2002, hal ini sempat mendapat trending topic di Italia pada tahun itu. Liga seri-a ketika era 88 – 02 adalah perkumpulan pemain terbaik, ketika itu klub-klub Italia mendapat persaingan ketat dari klub negri “el Matador” dalam ajang bergengsi tahunan Piala Champion yang kemudian berganti nama menjadi Liga Champion.
Apabila grup tifosi lain yang memiliki bendera ultras musuhnya maka berarti bahwa grup tifosi ultras tersebut berhasil menaklukan atau mempermalukan musuhnya tersebut tetapi ada syaratnya, bendera tersebut bukan dicuri atau di ambil tanpa sepengetahuan lawan melainkan harus dari “Open fight”. Pelanggaran hal tersebut pernah di alami oleh ultras Ac Milan berjulukan “Fossa Dei Leoni”  ketika memperoleh bendera ultras Juventus bukan karena “Open fight” melainkan menemukan bendera di jalan, ultras Juve tidak terima dengan hal tersebut sehingga mencegah tifosi Milan di Eidhoven Belanda setelah partai liga champion antara PSV – Ac Milan pada tahun 2003 dan mendapatkan bendera ultras Milan secara “Open fight”.  Setelah timbul masalah baru antara ultras-ultras Milan dimana saat itu ultras Milan FDL (Fossa Dei Leoni) melanggar kode etik dengan menduduki tribune Nord merupakan tribune langgaran bagi ultras Milan karena punya Inter Milan. Akibat kurang setujunya FDL terhadap kebijakan Brigate Rossoneri yang merupakan ultras tertua Milan ini menandakan bahwa  permasalahan kelas antara Borjuis (Inter) dan Proletar (Milan) sangat kental terjadi di permasalahan tersebut, akhirnya pada tahun 2005 semua ultras Milan dibubarkan bersama FDL dan Brigate Rossoneri  kemudian dibentuk Guerriere ultras. Berikut adalah contoh ultras di Italia :
1.      Brigate Rosseneri (BRN) Milan, AC Milan
2.      Fossa Dei Leoni (FDL), AC Milan
3.      Guerriere ultras, AC Milan (Gabungan BRN-FDL, Ultras Milan hanya orang Italia)
4.      Commandos Tigre, AC Milan (Ultras Milan secara Universal)
5.      Gruthi ultras, Juventus
6.      Bois San ultras, Inter Milan
7.      Tifoseria Laziale, Lazio
8.      The Commando ultras curva, As Roma
9.      Yellow-blue brigate Verona, Verona
10.  Viola club Viesseux, Foirentina
11.  Naples ultras, Napoli
12.  Griffin’s den genoa, Genoa
13.  Granata ultras torino, Torino
14.  Black and Blue brigate atalanta, Atlanta
15.  Ernesto Cucchiaroni Sampd, Sampdoria
16.  Ultras dei boys parma, Parma Ac.
Hampir semua stadion di Italia sudah tidak layak prosedur anggap saja tua karena penghasilan yang ia dapati dari nilai jual penonton serta sponsor tidak cukup memadai untuk perkembangan infrastruktur perbaikan di luar atau dalam arena stadion tersebut. Stadion di italia rata-rata dimiliki bersama oleh dua klub contoh ; Milan – Inter, Juventus – Torino, Roma – Lazio, Fiorentina – Siena,  semakin canggih dan semakin kuatnya antusias para masyarakat luas kepada sepak bola Italia mengharuskan FIGC (Federazione Italiana Giuoco Calcio).  Memperbaruhi Infrastruktur persepakbola-an Italia beserta stadion, alhasil Juventus mendirikan stadion terbaru dengan kapasitas kurang lebih 40ribu. Fakta tersebut dikarenakan stadion Olimpia satu-satunya di italia yang tidak menggunakan pembatas antara penonton terhadap lapangan agar atmosfer pertandingan lebih terasa kuat (seperti kebanyakan stadion yang berada di Inggris) “Olimpia stadio”. Italia adalah kota penuh gaya bangunan romawi dengan sentuhan arsitek yang tinggi akan seni, Berikut ini beberapa nama stadion terbesar dan kapasitas stadion italia :
1.      Stadion San Siro (Giuseppe Meazza) kapasitas 82.955
2.      Stadion Olimpiade Roma kapasitas 82.300
3.      Delle Alpie Torino kapasitas 67.229
4.      Stadion San Nicola Bari kapasitas 58.248
5.      Artemio Franchi Fiorentina kapasitas 47.282
6.      Stadion Friuli Udinese kapasitas 41.652
7.      Juventus Arena Juventus kapasitas 41.000
Berbicara soal wasit Italia, wasit Italia terlihat keras dan tegas dalam mendampingi laga di lapangan, berikut wasit Italia yang mungkin masih anda ketahui dengan gaya nya yang plontos dan ketegasanya di lapangan hijau, ialah Peierluigi Colina adalah wasit seri-a  dan lahir di Bologna, Italia, 13 Februari 1960, umur 51.
Pada tahun 1984 ia lulus dalam bidang ilmu ekonomi di universita Bologna, ia pernah bermain sepak bola setelah akhirnya berganti profesi menjadi wasit, saat itu ia bermain sebagai bek tengah untuk sebuah tim local, dan ketika pada tahun 1977 Colina mendapatkan tawaran menjadi wasit disamping itu ia merasa bahwa dirinya berbakat untuk melakukan pekerjaan tersebut.  Dalam kurung waktu 3 tahun ia berhasil mencapai jenjang tertinggi di bidang regional. Pada tahun 1988 ia berkembang secar pesat, bahwa  lebih pesat dari pada seorang wasit, sehingga ia dipromosikan sampai divisi nasional tingkat tiga, seri C1 dan seri C2.
Setelah tiga musim ia dipromosikan untuk memimpin pertandingan seri-b dan seri-a. kurang lebih pada saat ini ia secara parah mendapatkan penyakit “alopecia” sehingga semua rambut dan bulu di kepalanya rontok sehingga memberinya wajah yang khas dan nama julukan “Kojak”. Pada tahun 1995, setelah ia mewasiti 43 pertandingan seri-a, namanya ditaruh sebagai wasit FIFA. Pada Olimpiade 1996, ia memimpin lima pertandingan, termasuk pertandingan final antara Nigeria dan Argentina. Dan pada tahun 1999 ia memimpin pertandingan final UEFA Champion League antara Bayer Munchen dan Manchester United. Di tahun 2002, ia mencapai puncak karirnya dengan memimpin partai final Piala Dunia antara Brasil dan Jerman. Ia juga merupakan wasit pada pertandingan final Piala UEFA pada tahun 2004 antara Valencia dan Olympique Marseille.
Pernah terjadi pada tahun 2003, Paus Johanes Paulus II di Vatikan meminta agar wasit liga Italia bertindak adil di lapangan. Pesan Pemimpin Tertinggi Katolik ini disampaikan saat delegasi wasit Liga Italia seri-a dan seri-b datang ke Vatikan. Dalam pertemuan hampir satu jam itu para wasit diingatkan agar banyak berbuat kebajikan melalui kiprahnya di lapangan hijau. Menurut Paus, olah raga harus menjunjung keadilan dan kejujuran. Di anatar wasit yang hadir dalam pertemuan itu adalah wasit internasional berkepala plontos Peierlugi ColinaTahun 2004 adalah tahun terakhirnya sebagai wasit turnamen Internasional karena usianya telah mencapai 45 tahun. Ia pensiun pada tahun Agustus 2005.
Liga Italia sempat menghilang dari layar kaca Indonesia dikarenakan hak siar yang begitu tinggi mengakibatkan pihak RCTI mengalihkan siaran sepak bola Italia kepada Bundes Liga Jerman yang kebetulan pada saat itu menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006. Kemerosotan ini pun sangat dirasakan oleh para pecinta liga Italia (seri-a) yang ada di Indonesia. Pada akhirnya setelah melalui proses yang cukup panjang seri-a Italia bisa disiarkan kembali oleh SCTV dan sekali lagi mengalami proses hak penyiaran, setelah menanti lama seri-a pun berkumandang lagi tetapi berbeda dengaan hak siar sebelumnya yang saat ini hak siar liga seri-a Italia di tayangkan oleh INDOSIAR.  
Fakta – fakta lainnya dari Liga Seri A Italia antara lain :
Bursa transfer (kontroversi) :
1.      Perpindahan R.Baggio dari Juventus menuju kota mode Milan mengundang berjuta kontroversi, beribu seporter menghujat sang “kuncir kuda” julukan bagi Baggio, yang memiliki nomor punggung 10 kala masih membela juventus.
2.      Perindahan “il Phenomena” Ronaldo dari Intermilan menuju Real Madrid mendapatkan hujatan dari seporter interisti.
3.      Melangkah sedikit tak jauh dari era 90, Ibrahimovic yang di boyong Juventus dari Ajax Amsterdam pada musim panas 2004 hanya bertahan dua musim di kota Turin lantaran Juventus harus turun kasta menuju seri-B. saat itu Juve terjerat kasus calciopoli, dan ibra hengkang ke seteru Juventus yaitu Intermilan. Beribu hujatan dari ultras juventini pun ikut memanaskan tensi ke dua klub yang ternyata Intermilan tersandung kasus serupa.
4.      Fabio Cannavaro dari Juventus menuju luar Italia, di boyong oleh Real Madrid dengan bandrol yang dirahasiakan.
5.      Hernan Crespo dari parma menuju Lazio salah satu klub ibu kota Itali.
6.      Gianluigi Buffon dari Parma menuju Juventus yang merupakan transfer kiper termahal hingga saat ini.
Pemain kurang bercemerlang di seri-a (gagal) :
1.      Thery Henry : Monaco – Juventus
2.      Patrick Viera : Marsille – Ac Milan
3.      Dominico Morfeo : Ac Parma – InterMilan
4.      Mathias Almeyida : Ac Parma – InterMilan
5.      Sabri lamochi : Ac Parma – InterMilan
6.      Francesco Coco : Ac Milan – InterMilan
7.      Rivaldo : Barcelona – Ac Milan
8.      Jose Mari : Atc Madrid – Ac Milan
9.      Ze Maria : Perugia – Intermilan
10.  Umit davala : Ac Milan – Intermilan
11.  Jhonatan Zebina : Roma – Juventus
12.  Robie Keane : Leeds United – Intermilan
13.  Giuesppe Pancaro : Lazio – Ac Milan
14.  Hasan Sukur : Galatasaray – Intermilan
15.  Davor Suker : Real Madrid – Intermilan
16.  Luppateli : Roma – Parma
17.  Okan Buruk : Galatasaray – Intermilan

SEJARAH CURVA SUD AC MILAN

Di sepakbola italia, ultras dikenal sebagai tuhan didalam stadion, merekalah yang berkuasa. Biasa bertempat di tribun di belakang garis gawang, dimana di tribun tersebut memiliki kekhususan, yaitu polisi tidak diperkenankan berada di tribun ini atau muncul masalah. Seperti kita lihat pada part...ai derby, roma - lazio, dimana ultras dapat membatalkan pertandingan dengan isu ada anak kecil yang ditembak polisi.

Di italia ultras ini, mereka memiliki tradisi, yaitu pertempuran antar grup ultras, artinya sah-sah aja kalo salah satu grup ultras berkelahi dengan grup ultras lainnya, dan sebagai bukti kemenangan, maka bendera dari grup ultras yang kalah akan diambil oleh sang pemenang. Kode etik dari ultras lainnya ialah, seburuk apapun para tifosi ini mengalami kekejaman dari tifosi lainnya, maka tidak diperkenankan untuk lapor polisi.

Hal inilah yang membuat salah satu grup ultras milan yaitu fossa dei leoni (fdl) dinyatakan bubar, karena menjelang pertandingan milan melawan juventus beberapa musim yang lalu, seorang tifosi garis keras milan melambaikan bendera viking juve.

Dalam tradisi ultras italia, apabila ada grup tifosi lain yang memiliki flags dari musuhnya, maka berarti bahwa grup tifosi tersebut berhasil menaklukan atau mempermalukan musuhnya tersebut, tetapi ada syaratnya, bendera tersebut bukan diperoleh dari dicuri, atau diambil tanpa sepengetahuan grup ultras lawan tersebut melainkan harus dari open fight.

Masalah timbul, karena tifosi fdl ini memperoleh bendera viking juve bukan dari open fight, melainkan dari menemukan di jalan. Viking juve tidak terima dengan hal tersebut, sehingga mereka mencegat tifosi milan di eindhoven setelah partai liga champions psv - milan, mereka mencegat dengan menggunakan senjata tajam dan berhasil merebut bendera fdl.

Timbul masalah, karena hal tersebut, fdl lapor polisi, padahal dalam kode etik italian ultras, polisi adalah hal yang di haramkan alias a.c.a.b (all cops are bastar*s). Fdl semakin mendapat tekanan dari grup tifosi milan yang lainnya, seperti brigate rossonere, sehingga grup tifosi tertua ini (1968) menyatakan mundur dan membentuk grup baru yaitu guerrieri ultras. Banyak yang bilang, bubarnya fdl juga disebabkan konflik internal, selama ini fdl lah yang berada di belakang aksi koreografi tifosi milan, brn ingin mengambil peran itu.

Kekerasan juga menjadi hal yang buruk dalam sejarah ultras di italia, tetapi diluar itu, mereka juga memiliki kode etik tersendiri dalam kehidupannya.

Biasanya grup ultras akan bertempat di suatu tribun di stadion di italia, dan dipimpin oleh seseorang yang disebut capotifoso. Masalah timbul apabila ada seseorang (diluar grup ultras) yang telah memiliki tiket resmi, dan sudah antri untuk masuk ke tribun yang kebetulan ditempati ultras dan mendapat tempat yang nyaman, tetapi ketika grup ultras masuk, maka orang tersebut akan diusir dari tempat duduknya, memang tidak fair.

Kekuatan tersendiri di tribun tersebut, apabila ia memerintahkan untuk melempar benda-benda kelapangan, maka akan dilemparkan benda tersebut ke lapangan, tetapi apabila ia melarang, maka tidak ada satupun tifosi yang berani melawannya. Diluar kekerasan yang mereka lakukan, tetapi mereka cukup kreatif dengan koreografinya.

Dalam musim lalu, milan memiliki 2 grup tifosi terbesar yaitu fossa dei leoni dan brigate rossonere. Diluar itu masih ada grup-grup kecil lainnya seperti alternativa, panthersmilan, torcida dan lain-lain.
Mereka bertempat di curva sud stadion giuseppe meazza, sektor 17, dan dipimpin seorang capotifoso bernama giancarlo carpelli, berusia 60an dan dikenal dengan nama il barone.

Haram bagi setiap milanisti untuk duduk di curva nord (utara), walaupun mereka tdk mendapatkan tiket lagi untuk tribun selatan, barat & timur stadion. 4 november'09, untuk pertama kalinya alternativa rossoneri bersama torcida tidak bergabung di curva sud, melainkan duduk di curva nord pada partai matchday ke 4 milan-madrid musim ini..

Mereka menentang dan memprotes kebijakan capelli selaku capotifoso brigate rossoneri yg menghina il capitano paolo maldini di partai perpisahan vs roma, 24 mei'09 silam..

Tahun 2005, fossa dei leoni dibubarkan dan dibentuk grup tifosi baru yaitu guerrieri ultras. Mereka memiliki beberapa koreografi yang menawan,
berikut kelompok-kelompok besar ultras milan / curva sud:

brigate rossoneri (brn)
merupakan penggabungan dari dua kelompok kecil curva sud (selatan, di belakang gawang) cava del demonio dan ultras..penampilan pertama mereka adalah pada pertandingan bologna - milan, 10 oktober 1975.

Guerrieri ultras
merupakan kelompok baru ultras milan yang di bentuk dari para ex-fdl (fossa de leoni) yang bubar pada tahun 2005, tujuannya untuk menutup 'bolong' di curva sud sejak ditinggal fdl, mereka punya kebijakan non politik (seperti pendahulunya fdl) dengan kebijakan "neither red nor black, only red and black"

alternativa rossonerra
dibentuk pada tahun 1994, sama seperti kelompok lainnya berposisi di curva sud. Mereka mempunyai beberapa jaringan organisasi diluar kota milan.

Commandos tigre
dibentuk tahun 1967, merupakn kelompok pendukung yang tadinya berada di curva nord (utara) sampai tahun 1985 kemudian pindah ke curva sud untuk bersama2 dengan ultras lain memperkuat barisan. Kelompok ini bersifat universal dan non-rasis.

Fossa de leoni (fdl)
dibentuk tahun 1968,merupakan kelompok yang paling kreatif dalam membentuk kreo2 di curva sud, pada awalnya kelompok ini terdiri dari orang2orang dekat misal : teman sekolah, kelompok pekerja, dll. Kelompok ini bubar pada tahun 2005

Sejarah Ultras Inter Milan

Curva Nord 69 menjadi salah satu kelompok suporter yg paling disegani di Italia. Bukan hanya dr tindakan anarkis mereka dilapangan,tp jg dr sisi positif. Sudah 40 tahun sejak 1969 mereka mengabdikan dirinya guna menyemangati setiap INTER bertanding. Jelas dengan usia setua itu,pengaruh mereka pun cukup kental. Bahkan,mantan kapten AC Milan,Paolo Maldini pun sempat mengakui loyalitas pendukung setia rivalnya itu. “Selama ini mereka memang kerap membuat kami khawatir di lapangan, namun saya mengakui loyalitas mereka,” kata dia.


Curva Nord 69 bukan hanya didominasi satu kelompok tifosi aja. INTER memiliki beberapa kelompok Ultras yg selalu setia mendampinginya disetiap laga. Salah satunya Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurre), ada juga Ultras Inter, Viking Inter, Brianza Alcoolica, Irriducibili n beberapa kelompok minor lain. Mereka inilah yg selalu menyemangati I Nerazzurri.


LA Curva Nord 69 Milano


1. Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurre)

Kelompok tertua d'Curva Nord 69

Berdiri pd 1969,hanya selang stahun stelah Fossa dei Leoni prtama kali muncul. Boys d'ambil dr nama anak nakal d'sebuah komik bernama serupa. D'Era 80-an Boys S.A.N kian d'takuti sbagE kelompok yg kerap membuat ulah. Namun,sejak awal 90-an Boys S.A.N meminimalisir aksi anarkis n lBH fokus mengekspresikan fanatisme melalui berbagE koreografi d'stadion.

Sekadar info,Boys S.A.N terbentuk meneruskan ide pelatih INTER ketika itu Helenio Herrera yg menginginkan trbentuknya sbuah kelompok suporter yg terorganisir dengan rapi.



2. Ultras Inter (Forever Ultras)

D'Curva Nord,Ultras menjadi yg tertua keDua stelah Boys S.A.N. MerEka berdiri sejak 1975 dgn nama "Forever Ultras" sbelum d'ganti pd 1995. Pelopornya adalah dua pemuda bernama Luciano n Curzio,yg pertama kali memunculkan spanduk bertuliskan Forever Ultras d'Curva Nord,tepat berdampingan dengan Boys S.A.N. Sejak 1997, Ivan Renato menjadi sutradara Ultras setelah meneruskan era kepemimpinan sebelumnya.



3. Viking Inter

Kelompok ketiga d'Curva Nord ini terbentuk pd 1984. Viking jg d'kenal sbagE salah satu pendukung beraliran sayap kanan paling loyal d'Italia. Sayank,mereka kerap bersikap rasis. Kebetulan,Viking memang berhubungan sangat dekat dgn Blood n Honour Varese (kelompok suporter yg menolak anti rasisme d'sepak bola). Viking pun menjd sangat menonjol d'Curva Nord dgn indentitas bendera paling besar d'antara suporter Ultras INTER lainnya.



4. Brianza Alcoolica

Brianza Alcoolica (semangat Brianza) memang baru resmi didirikan pd November 1985. Namun,berbagai spanduk bertuliskan nama kelompok mereka sudah muncul beberapa tahun sebelumnya di Madrid,Spanyol. Dipelopori oleh beberapa org yg merasa tdk cocok dgn sgala kekerasan Curva Nord, Brianza Alcoolica memisahkan diri dengan idealisme mereka untuk menciptakan hiburan di stadion. Mungkin krn itu pula Brianza Alcoolica menjadi kelompok dgn jumlah suporter paling sedikit diantara lima lainnya.



5. Irridubicili

IRRIDUCIBILI INTER & LAZIO
Irridubicili menjadi kelompok paling kontroversial di antara Ultras INTER lainnya. Berdiri sejak 1988,kelompok ini juga dikenal dgn nama "Skins" ini langsung membuat kericuhan dgn menyerang setiap pendukung lawan yg datang ke Giuseppe Meazza. Ciri khas Irridubicili adalah maskot seekor anjing hitam sebagai lambang kejahatan atau keonaran bernama Muttley. Dengan slogan "Non basta essere Bravi bisogna essere I migliori" yg berarti (Untuk menjadi yg terbaik,tidak cukup dgn bersikap baik),jadi,tidak heran jika Irridubicili kerap berbuat onar di stadion. Bahkan mereka dengan terang-terangan mengaku setiap mendukung INTER,tak akan pernah lepas dari minuman beralkohol.



6. Milano Nerazzurra

Kelompok ini memang lbh kecil dibanding Boys SAN atau lainnya. Namun,mereka justru mampu tampil dgn warna-warna mencolok melalui koreografinya d'sisi kiri Curva Nord. Milano Nerazzurra jg mendapat julukan "Potere Nerazzurro" ato Si Hitam Biru yg Kuat. Sejak berdiri sekitar akhir 80-an,Milano Nerazzurri memang telah menyatakan ktidakcocokannya dgn saudara tua mereka Boys SAN. Tak heran jika letak kedua kelompok ini berjauhan,yg satu di sisi kiri n yg satunya di sisi kanan.



7. Boy sez roma

Meski Boy Sez Roma lahir dr sekelompok laki-laki yg berasal dr Kota Roma,mereka justru merupakan pendukung fanatik INTER. Sejak awal berdiri pd 1979 lalu,kelompok ini memang membatasi anggotanya di usia 18-30 tahun dan tentunya dgn satu tujuan mendukung INTER. Boy Sez Roma mengambil posisi d'sisi kanan Curva Nord dan berhubungan sangat dekat dengan Boys S.A.N.

SEJARAH ULTRAS LAZIO


Sejarah Pembentukan organisasi fans groups SS Lazio, diketahui di Italia sebagai tifoseria Laziale dimulai pada akhir tahun 1960-an, terdiri dari sekelompok kecil supporter yang mengisi stadion Olimpico di Roma. Mereka terbagi menjadi beberapa kelompok, Tuparamos, Eagles, Ultras, Vigilantes, nab, Cast dan Marines yang kebanyakan terdiri dari para pemuda.




Awal mula terpecahnya beberapa grup pada tahun 1971, dan Ultras pertama terbentuk, Commandos Monteverde Lazio, aka CML ’74. Pada tahun 1976, G.A.B.A. (Grup Associati Bianco Azzurri) dibentuk, yang merubah namanya menjadi Eagles Supporter pada tahun berikutnya. Nama itu dipengaruhi dari Bahasa Inggris dan selama lebih dari satu dekade, Eagles Supporters memimpin tribun Lazio, Curva Nord.

From 1978 to 1987

Pada tahun 1978, sebuah grup yang disebut Viking Lazio dibentuk, dan mereka mengambil tempat di Curva Sud. Dalam tahun yang sama, Eagles Supporters, yang awalnya mulai berdiri di sebelah selatan, pindah ke Curva Nord, yang menjadi tribun utama Lazio. Semua kelompok-kelompok kecil lainnya mengikuti Eagles selain Viking.

Selama tahun 1980-an, Curva Nord dijadikan penghargaan dan ditiru oleh seluruh Italia karena semangat dan orisinalitas yang menjadikan meraka bagian dari tim. Selama ini, fans Lazio menciptakan apa yang dikenal di Italia sebagai gemellaggio, atau kembaran, dengan penggemar dari Bari, Torino dan terutama Triestina.

Saat pertandingan Lazio-Padova pada tahun 1987, banner sepanjangan 10 meter mengumumkan kedatangan grup ultras baru Irriducibili Lazio dibentuk oleh Antonio Grinta. Irriducibili mengambil alih kuasa di Curva Nord dan merevolusi cara fans Lazio mendukung tim mereka. Tidak lagi menggunkaan drum tetapi yel-yel gaya Inggris yang di adopsi. Cara ini sangat cocok dengan Eagles Suppoerters, dan 1992, Irriducibili Lazio menjadi grup paling kuat setelah Eagles supporter dibubarkan.

Dengan kedatangan presiden baru Sergio Cragnotti, Lazio masuk kualifikasi kompetisi Eropa dan menjadi salah satu tim kuat dunia. Selama periode ini, Ultras Lazio membentuk hubungan dekat dengan Interisti dan Veronesi. Selain ini hubungan dengan pendukung dari Real Madrid, Chelsea dan Paris Saint Germain dibangun.

Setiap perjalanan tidak pernah dilewati walaupun jauh, kurang lebih sekitar 4.000 melakukan perjalanan ke Dortumund dan Wina, 20000 ke Paris, 15000 ke Birmingham untuk Final Winners Cup pada 1999 dan 10.000 ke Monaco untuk UEFA Supercup walaupun hanya 3.500 tiket yang dialokasikan .

The New Millennium

Serie A musim 2002-03 merupakan tahun yang penting bagi Irriducibili karena mereka mencapai umur kelimabelas tahun dan pada tahun yang sama, Lazio mempensiunkan jersey nomor 12, didedikasikan secara permanen untuk Curva Nord.

Saat ini, Curva Nord masih dipimpin oleh Irriducibili Lazio; bersama dengan mereka ialah CML’74, Viking, Ultras GLI, la Banda Noantri, i gruppo Anni’70 dan Veterani di Tribuna Tevere. Legione Mr.Enrich yang telah lama berbasis di Curva Sud-Maestrelli bersama Ardite Schiere. Pada tahun 2004, Viking dibubarkan saat Banda Noantri juga ditutup sementara. Pada tahun 2006, Sodalizio lahir, yang memungkinkan seluruh fans Italia untuk mengikuti Lazio lebih aktif, baik Kandang dan Tandang.

Gemellaggi

Ultras Lazio berersahabatan erat dengan ultras dari Internazionale. Persahabatan ini lahir pada pertengahan tahun 1980-an dan menjadi lebih kuat dalam beberapa tahun terakhir dengan Final UEFA Cup 1997-98 di Paris, dan pada seoason penetuan Serie A 2001-02 pada 5 Mei 2002 di Stadio Olimpico, ketika banyak fans of Lazio mendukung Inter, oposisi mereka, berharap mereka akan mengklaim Scudetto sebelum musuh terbesar Juventus. Pertandingan berakhir 4-2 untuk Lazio, hasil yang membuat Inter kehilangan gelar pada pekan terakhir dan banyak ultras Lazio memanggil manajer Alberto Zaccheroni untuk bertanggung jawab.

Persahabatab lain dari Lazio berdiri sekitar tahun 80an, yaitu Triestina. Persahabatan ini terbentuk saat keduanya bermain di Serie, saat Ultras Triestina membentangkan spanduk untuk Lazio, dalam bahasa italia Italia, Selamat Datang Eagles, bersama kita kembali. Kebersamaan ini hanya akan menjadi kuat ketika, saat pertandingan Coppa Italia di Stadio Olimpico, diantara Lazio dan Triestina sangat membenci rivalany yaitu AS Roma, fans Triestina mengibarkan Lazio spanduk di tribun mereka.

Persahabatan juga terjalin antara Ultras Lazio dengan supporter Hellas Verono. Hal ini didasarkan pada dua kelompok yang menjadi penganut sayap kanan, dan berbagi prinsip sesama ultras. Namun, Fans Verona adalah orang-orang yang bershabat juga dengan Fiorentina, yang sejarahnya merupakan saingan dari Lazio, yang berarti hanya ada satu amicizia, atau persahabatan, sebagai persahabatan yg asli. Persahabatan seperti ini juga dipakai dengan ultras Chieti.

Sejak pertama mereka bermain di Eropa, Lazio mulai membangun persahabatan di tingkat internasional. Yang paling penting adalah dengan Ultras Real Madrid yang dikenal sebagai Ultras Sur, Espanyol Brigadas dan Chelsea.

Pertama, dengan Real, pada tahun 2001 saat pertandingan Liga Champion UEFA antara kedua tim, sementara dengan Chelsea yang didirikan pada tahun 1970an.

Rivalries

Sejauh ini saingan besar Lazio, adalah tim satu kota mereka AS Roma, dan berjuang untuk menjadi yang terbaik pada Derby Della Capitale, dan dianggap sebagai salah satu Derbi terbesar di dunia.

Saingan lainnya termasuk di Italia, Napoli, persaingan yang dimulai pada tahun 1980-an dan khususnya karena bekas-persahabatan antara Napoli dan Roma, yang kini telah menjadi Derby itu sendiri, Derby del Sole, tetapi juga karena kedekatan antara kota Roma dan Naples.

Selama tahun 1970-an, Lazio membangun kebencian yang kuat kepada Pescara Calcio, yang menganggap kehadiran Lazio sebagai saingan besar mereka. Karena kedatangan Pescara hanya sebentar di Serie A, pertandingan ini belum dimainkan hingga sekarang selama lebih dari satu dekade. Namun, dua fans tersebut berbenturan di pertandingan Primavera di Ancona netral.

Ultras juga menganggap Livorno dan Atalanta menjadi musuh besar mereka. Kedua rivalr ini lahir karena ideologi politik, Livorno dan Atalanta berpedoman fans sayap kiri, sementara Lazio sayap kanan. Icon Lazio Paolo Di Canio dan Icon Livorno Cristiano Lucarelli Livorno memberikan rasa hormat yang kontroversial kepada fans saat menjalani pertandingan, dan di antara kedua sisi.

Lazio juga menanggap Fiorentina, Juventus, Milan sebagai saingan, sedangkan di Eropa, Arsenal telah ditambahkan ke dalam daftar panjang kebencian, rasa benci yang terjadi pada tahun 2000, dengan perkataan rasis dan intimidasi yang diarahkan pada pemain Arsenal, terutama Patrick Vieira dari Ultras Lazio dan defender Siniša Mihajlović.

From : wikipedia.org

Tentang Fenomena Ultras Di Italia

Ultras tidak bisa lepas dari tanah italy, Ultras pertama dalam sejarah Italia adalah sekelompok pendukung klub sepakbola berusia sekitar 15 sampai 25 tahun yang jelas dapat dibedakan dengan model klasik pendukung sepakbola dewasa, yang lahir sekitar akhir tahun 1960an dan awal 1970an. Mereka biasanya berkumpul di bagian paling murah di stadion, biasanya para ultras italia berkumpul di tribun belakang gawang yang lebih di kenal dengan CURVA(curva nord, curva sud) dan biasanya mereka mendapat keringanan tiket oleh klub, dan dengan segera mereka menjadi sebuah karakter unik dari keseluruhan sepak bola Italia. Mereka sangat dapat dibedakan dengan penonton biasa yaitu mereka selalu berkumpul membentuk kelompok- kelompok dengan banner berukuran raksasa bertuliskan nama kelompok (berdasarkan tempat terbentuknya atau kesamaan orientasi politik) dan memakai pakaian- pakaian militer (hardcore ultra) dengan aksesoris wajibnya yaitu parka, sepatu boot Dr. Marten, pakaian perang dan jaket yang dikalungi syal dengan warna klub yang mereka cintai. (sangat kontras dengan penampilan supporter di Indonesia).
Para ultras biasanya mewakili suatu ideologi, politik, fasisme dan dengan latar belakang yang lain, begitu juga di italia Peran para ultra dalam perubahan sebuah klub di Italia lebih besar perannya dibanding para hooligan di tanah Inggris.
Ultras pertama dan tertua di Italia adalah Milan's Fossa dei Leoni ( Sarang Singa ) yang didirikan pada tahun 1968, yang kemudian menetap di bagian paling murah di stadion San Siro di sektor 17. Kemudian pada tahun 1969 muncullah Ultras Sampdoria (kelompok pertama yang menyebut diri mereka ultras), diikuti oleh "The Boys" dari Inter Milan. Dan pada tahun 1970an banyak bermunculan ratusan kelompok-kelompok kecil di stadion yang kemudian membentuk kelompok besar seperti Yellow-blue Brigade Verona, Viola Club Viesseux Fiorentina ( 1971), Naples Ultras (1972), Red and Black Brigade Milan, Griffin's Den Genoa dan Granata Ultras Torino (1973), For Ever Ultras Bologna (1975), Juventus Fighters (1975), Black and Blue Brigade Atalanta (1976), Eagle's Supporters Lazio dan Commando Ultras Curva Sud (CUCS) Roma (1977).
Kode etik ultras
Di sepakbola Italia, Ultras dikenal sebagai Tuhan didalam stadion, merekalah yang berkuasa. Biasa bertempat di tribun di belakang garis gawang, dimana di tribun tersebut memiliki kekhususan, yaitu polisi tidak diperkenankan berada di tribun ini atau muncul masalah. Seperti kita lihat pada partai derby, Roma - Lazio, dimana ultras dapat membatalkan pertandingan dengan isu ada anak kecil yang ditembak polisi.
Di Italian ultras ini, mereka memiliki tradisi, yaitu pertempuran antar grup ultras, artinya sah-sah aja kalo salah satu grup ultras berkelahi dengan grup ultras lainnya, dan sebagai bukti kemenangan, maka bendera dari grup ultras yang kalah akan diambil oleh sang pemenang. Kode etik dari ultras lainnya ialah, seburuk apapun para tifosi ini mengalami kekejaman dari tifosi lainnya, maka tidak diperkenankan untuk lapor polisi.
Hal inilah yang membuat salah satu grup ultras Milan yaitu Fossa Dei Leoni (FDL) dinyatakan bubar, karena menjelang pertandingan Milan melawan Juventus beberapa musim yang lalu, seorang tifosi garis keras Milan melambaikan bendera Viking Juve.
Dalam tradisi ultras Italia, apabila ada grup tifosi lain yang memiliki flags/banner dari musuhnya, maka berarti bahwa grup tifosi tersebut berhasil menaklukan atau mempermalukan musuhnya tersebut, tetapi ada syaratnya, bendera tersebut bukan diperoleh dari dicuri, atau diambil tanpa sepengetahuan grup ultras lawan tersebut melainkan harus dari open fight.
Masalah timbul, karena tifosi FDL ini memperoleh bendera Viking JUVE bukan dari open fight, melainkan dari menemukan di jalan. Viking JUVE tidak terima dengan hal tersebut, sehingga mereka mencegat tifosi Milan di Eindhoven setelah partai liga Champions PSV - Milan, mereka mencegat dengan menggunakan senjata tajam dan berhasil merebut bendera FdL.
(Viking Juve)
(Banner FDL yang di rebut Viking)
Timbul masalah, karena hal tersebut, FDL lapor polisi, padahal dalam kode etik italian ultras, polisi adalah hal yang di haramkan alias A.C.A.B (All Cops Are Bastar*s). FdL semakin mendapat tekanan dari grup tifo Milan yang lainnya, seperti Brigate Rossonere, sehingga grup tifosi tertua ini (1968) menyatakan mundur dan membentuk grup baru yaitu Guerrieri Ultras. Banyak yang bilang, bubarnya FdL juga disebabkan konflik internal, selama ini FdL lah yang berada di belakang aksi koreografi tifosi Milan, BRN ingin mengambil peran itu.


(Banner IRRIDUCIBILI Inter-Lazio yang di rebut Viking JUVE)
Kekerasan juga menjadi hal yang buruk dalam sejarah ultras di Italia, tetapi diluar itu, mereka juga memiliki kode etik tersendiri dalam kehidupannya. Biasanya grup ultras akan bertempat di suatu tribun di stadion di Italia, dan dipimpin oleh seseorang yang disebut CapoTifoso. Masalah timbul apabila ada seseorang (diluar grup ultras) yang telah memiliki tiket resmi, dan sudah antri untuk masuk ke tribun yang kebetulan ditempati ultras dan mendapat tempat yang nyaman, tetapi ketika grup ultras masuk, maka orang tersebut akan diusir dari tempat duduknya, memang tidak fair. Seorang CapoTifoso juga memiliki kekuatan tersendiri di tribun tersebut, apabila ia memerintahkan untuk melempar benda-benda kelapangan, maka akan dilemparkan benda tersebut ke lapangan, tetapi apabila ia melarang, maka tidak ada satupun tifosi yang berani melawannya.
Kekerasan Di Sepak Bola Italia
Budaya kekerasan dalam dunia sepakbola sering diidentikkan dengan kerusuhan antar suporter maupun perkelahian antar pemain dan ofisial tim. Pandangan tersebut tidaklah salah hanya saja tidak selamanya sepakbola itu selalu penuh dengan kekerasan meskipun sepakbola itu sendiri adalah olahraga yang keras.
Kekerasan dalam sepakbola tersebut merupakan evolusi dari budaya Ultras dan hooliganisme yang saat ini telah berkembang ke seluruh penjuru dunia. Hooliganisme tidak hanya mendorong kekerasan di dalam stadion tetapi juga menyebarkan benih-benih kekerasan di luar stadion. SEPAK BOLA Italia menyimpan cerita kelam. Di sana sering kali muncul kericuhan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Berikut kekerasan yang pernah terjadi.
Oktober 1979
Seorang fans Lazio bernama Vincenzo Paparelli meninggal sesudah dilempari bom api dalam derby melawan AS Roma.
Maret 1982
Tifosi AS Roma, Andrea Vitone tewas karena Romanisti lainnya membakar kereta yang membawa supporter mereka. Romanisiti melakukannya karena kesal timnya kalah dengan Bologna.
Oktober 1988
Pecah kerusuhan antara suporter Inter Milan dengan Ascoli. Nazzareno Filippini, seorang suporter Ascoli tewas delapan hari sesudah bentrokan karena luka-luka yang dideritanya sewaktu diserang pendukung Inter.
Januari 1995
Sebelum pertandingan melawan AC Milan, seorang fans Genoa, Vincenzo Spagnolo tewas tertusuk pisau.
Juni 2001
Partai Catania vs Messina membawa korban. Seorang penonton bernama Antonio Curro mati akibat terkena ledakan bom rakitan.
September 2003
Napoli terpaksa memainkan lima pertandingan tanpa penonton akibat perkelahian yang muncul di lapangan dalam pertandingan melawan Avellino. Dalam insiden itu 30 polisi cedera dan seorang fans bernama Sergio Ercolano tewas terjatuh dari tribun.
Maret 2004
Derby della Capitale lagi-lagi memicu kerusuhan. Suporter Roma turun ke lapangan untuk menemui kapten Francesco Totti agar menghentikan pertandingan. Hal itu dilakukan karena ada rumor polisi membunuh seorang suporter.
September 2004
Pertandingan antara Roma dan Dynamo Kyiv di Liga Champions ditunda karena wasit Anders Frisk terluka akibat terkena korek api yang dilemparkan suporter dari tribun.
April 2005
Kiper Milan, Nelson Dida cedera setelah dilempati kembang api oleh suporter Inter di dalam pertandingan perempat final Liga Champions 2004-05. Pertandingan itu akhirnya dihentikan.
Februari 2007
Seorang polisi bernama Filippo Raciti terbunuh dalam kericuhan antarsuporter Palermo dan Catania
November 2007
Gabriele Sandri, seorang fans Lazio meninggal karena terkena peluru nyasar yang ditembakkan polisi untuk meredakan kerusuhan antara suporter Lazio dengan Juventus.

As Roma Vs Juventus



Ultras juga tidak cuma bertempur dengan ultras klub rival tapi juga kadang sesama ultras yang mendukung satu klub tapi beda kelompok kadang juga saling bentrok satu sama lain. Bahkan saling bunuh membunuh, itu yang terjadi pada tahun 2007 an sesama ultras milan juga bentrok, antara anggota Brigade rossonere dengan anggota Comando tigre penyebabnya gara-gara rebutan pengaruh di curva sud, sama halnya di juventus, sesama ultras juga ribut, antara Tradizione (ex Fighter) + viking dengan Drughi yang menyebabkan capo Drughi Dino Rivoli tewas pada saat itu tahun 2006 after friendly match lawan alessandria, alasannya juga rebutan pengaruh di curva scirea(curva sud), tapi sekarang masalah rebutan pengaruh di curva scirea sudah tidak ada seiring kepindahan ex ultras curva nord ( viking, tradizione,nucleo(N.A.B), gruppo marche 93) ke curva sud bahkan pas lawan milan mereka bikin koreografi bersama bentrok ultras sesama club di luar italia juga ada ultras PSG boulougne boys dengan tigris mystic penyebabnya perbedaan ras, boulougne boys anggotanya asli orang kulit putih dan anti imigran kalo tigris mystic kebanyakan imigran dari afrika utara (maroko, tunisia, aljazair) yang berkulit hitam bahkan bentrokan antara ultras PSG sempat jadi isu nasional hingga sampe pemerintah perancis membubarkan kedua ultras tersebut.
Terkadang kalau di fikir memang seperti aneh ataupun memalukan tapi di dalam dunia ultras dan kefanitakan kejadian seperti itu adalah hal yang biasa dan jika sesama keluarga ada sebuah perbedaan prinsip dan ideologi itu hal yang tidak memalukakan dan tidak pula aneh, walaupun ultras terkadang mengesampingkan akal sehat karna terkadang terpengaruh alkohol atau pun obat-obatan.
Begitulah fenomena ultras di italia, terlepas dari segala bentuk kontrofersialanya para ultras terkadang sangat kreatif dengan koreografinya.
FOOTBALL WITHOUT ULTRAS IS
NOTING..!!